Perjalanan saya dimulai dari Bandung – KL – Saigon, jedahnya tak banyak hanya dua jam lima puluh lima menit. “Harusnya cukup batin saya ketika tahun lalu membeli tiket murah AA ini.” Saya ingat-ingat, dulu saya pernah menggunakan International transit, tak perlu rusuh melewati imigrasi dan masuk lagi dari gerbang kedatangan untuk kembali bersua imigrasi negara yang sama.
Nyatanya pagi tadi dimulai dengan bantahan staff AA untuk memberikan boarding pass KL-Saigon saya. “Ini printnya di KL, ga boleh di sini..” Lalu saya melongo. Segera terbayang besarnya KLIA2 yang harus saya susuri dengan ransel. Berat juga, saya mendongkol sembari menyeret diri.
Kejutan kedua, pesawat Bdg-Kl terlambat karena ada 2 jadwal pesawat herkules yang mendarat. Hati saya makin ketar ketir tak tenang. Browsing sana sini menyoal transit hall, fly thru dan segala hal yang mungkin bisa membantu. Tak tenang bahkan ketika akhirnya saya sudah duduk di dalam pesawat, kepala saya menolak diam dan cemas saya kian berlipat-lipat. Menanyakan ke pramugari pun tak membuat saya tenang, karena jawabannya, “you need to clear the imigration and back from departure hall, i guess.” Lalu dia cepat-cepat menambahkan, “2 hours 30 minutes, i think you made it..” ucapnya penuh senyum melihat wajah saya yang semakin cemas.
Setelah akhirnya landing dan berhasil turun dari pesawat, sayapun mulai berlari dengan teriakan excuse me yang tak putus. Beruntungnya kami berhenti tak terlalu jauh dengan main hall. Hanya 5 menit saya sampai di imigrasi. Dan kejutan lain terpampang di sana, lautan manusia terlihat sedang mengular di depan saya. Dengan lemas saya seret kaki ke dalam antrian. Ketar ketir dengan rasa campur aduk, sembari terus menerus mencek jam tangan. “Mati deh..” ucap saya.
Tak bisa tidak, akhirnya saya tak lagi bisa cemas. Hanya bisa pasrah sembari berserah, yang terjadi terjadilah. Ternyata tak semenakutkan yang saya bayangkan, setelah 5 menit antrian bergerak cukup cepat. Lalu lagi-lagi Tuhan memberi kejutan, saya melihat gelagat seorang petugas yang akan membuka line baru karena ramainya pengunjung. Voila, dalam 15 menit saya sudah keluar dari arrival hall.
Berlari-lari kecil seperti tadi bedanya sekarang dengan senyum yang merekah. Ini mungkin sentilan buat saya, kalau Tuhan bisa ngomong dengan logat batak mungkin dia bilang. “Lupa kau Nak pelajaran yang diberikan dari perjalanan?”
Persis dengan total 40 menit saya sudah duduk manis di gate L18. Tentunya dengan peluh dan senyum penuh.
Pelajaran #1
Ya, siapkan bangku kosong untuk kebetulan!
*kebetulan telat, kebetulan cepat, kebetulan ketemu, kebetulan sendiri, kebetulan hujan, kebetulan boleh, kebetulan butuh, dan banyak kebetulan-kebetulan lain..
Pelajaran #2
“Percuma mencemaskan hal-hal yang di luar kemampuan”
On the sky to Saigon, 2018-03-07
Ivy
Leave a Reply