“Apa kamu percaya sebuah tulisan atau buku dapat mendatangimu di waktu yang tepat?” Saya percaya.
Buku God Never Blinks ini salah satu buku luar biasa yang datang tepat pada waktunya. Saya masih ingat dimana saya menemukan hadiah ini. Sebuah sudut berdebu di toko buku pada lantai 2 plaza kecil di Tawau, Saba. Tepatnya sekitar bulan April 2014, ketika tempat itu satu-satunya swalayan terbesar di kota selain Giant superstore. Tempat yang sering saya kunjungi setahun terakhir untuk menghabiskan hari minggu di tengah kota kecil yang dikelilingi sawit ini.
Pagi itu, setelah selesai misa di gereja yang persis terletak di seberang jalan. Saya memutuskan untuk berkeliling plaza tanpa tujuan. Saya menemukan sebuah toko alat-alat tulis yang tak bisa saya ingat namanya. Ragu-ragu akhirnya saya tetap masuk, menyusuri pojok buku berdebu yang jarang dilewati orang. Sebuah buku dengan cover orange ini menarik hati saya.
God Never Blinks – 50 lessons for life’s little Detour by Regina Brett. Tak butuh waktu lama, tulisan the new York time best seller dan review singkat di belakang buku meyakinkan saya untuk memboyongnya.
Duduk manis dan membaca langsung buku itu di salah satu kafe sederhana, saya tau uang 54.90 rm yang saya bayar lebih dari pantas. Buku ini punya banyak jasa untuk pergulatan batin saya dengan hubungan LDR yang penuh drama, hubungan pekerjaan yang memberi saya USD tiap bulan tapi melumat saya pelan-pelan karena terpaksa tinggal di pulau perbatasan terdekat dengan Sebatik.
Jika ditanya Buku apa yang paling berpengaruh untuk saya? God Never Blinks ini salah satunya. Salah satu nasehat terbaiknya.
Life isn’t fair but it’s still good. And hey it’s okay to get angry with God. He can take it!”
Padang, 2018-2-18
Ivy
Posted from Negeri Biru
Leave a Reply