“Merelakan itu hal tersulit yang dapat dilakukan manusia.”
Begitu ucap kekasih ketika saya mengeluhkan kerinduan terhadap almarhum Ayah. Tentu saja, saya diam seribu kata ketika itu. Tertunduk dan tak bisa menyangkal kebenaran kata-katanya.
Seperti konspirasi semesta, berselang seminggu sesudahnya, sebuah film kembali menegaskan hal ini pada saya. A Monster Calls.
Pemain utama dari film ini adalah seorang anak kecil yang terus-menerus mengalami mimpi buruk. Suatu waktu, mimpi buruk ini merupa jadi sesosok pohon raksasa seram yang memaksanya untuk mendengarkan 3 cerita.
Perjanjiannya, sang monster membagi 3 cerita berisi pelajaran penting, dan di akhir, sang anak harus menceritakan cerita miliknya sendiri.
Cerita pertama, tak ada manusia yang benar-benar baik atau benar-benar jahat. Kita semua berada di antaranya. Cerita kedua, mengajarkan tentang kepercayaan. Sang monster berpesan, menyoal percaya adalah hal yang berharga: hati-hati di mana kamu meletakkannya dan kepada siapa. Cerita ketiga, menceritakan tentang monster yang ada di dalam diri kita masing-masing.
Cerita-cerita sang monster ini sejalan dengan cerita hidup sang anak. Connor, anak berumur 13 tahun dengan ibu yang mengidap kanker stadium akut. Connor, yang harus menata hidupnya sendiri. Connor, yang selalu dirundung teman-temannya. Connor, yang membenci neneknya. Connor, yang menyimpan rapat ketakutan-ketakutannya.
Di akhir, ketika tiba saatnya untuk Connor menceritakan kisahnya pada sang monster, dia belajar menjadi dewasa.
Belajar untuk menerima. Dan terpenting, memahami pelajaran tersulit dalam hidup: merelakan.
Ya, pelajaran merelakan ini seperti hal yang harus ditekuni lagi, dan lagi, sepanjang hidup. Merelakan barang berharga, merelakan harta, merelakan gelar, merelakan imaji, merelakan mimpi, merelakan orang terkasih. Hingga di akhir nanti, merelakan waktu, dan menutup usia. Relakah kita?
*tulisan ini sebelumnya ditampilkan di kamantara.id
Leave a Reply