Dewasa itu kesadaran bahwa bahagia tak perlu afirmasi dari luar diri. Dewasa itu tentang menerima.
~blueismycolour

Kesadaran ini yang pelan-pelan saya amini dan terima di setahun terakhir. Kesadaran yang ditemani dengan perbuatan nyata dengan semakin berkurangnya keinginan dan kebutuhan untuk membagikan hal-hal luar biasa di luar diri.
Imbas langsungnya, semakin berkurangnya post-post di media sosial dan juga semakin berkurangnya catatan-catatan digital di blog. #upss
Proses menjadi dewasa itu sendiri rupanya proses untuk belajar menerima. Menerima bahwa dirimu memiliki batas, menerima bahwa waktumu di dunia ini terbatas, menerima bahwa hal yang mampu kamu kerjakan itu terbatas, menerima bahwa dunia akan tetap berputar dengan atau tanpamu, menerima bahwa batasan ini sekaligus bentuk kelegaan. Batasan ini membuatmu mampu memandang dengan lebih jelas atas apa-apa yang ada di kuasamu dan apa-apa yang ada di luar kuasamu.
- Menyadari bahwa menata waktumu adalah kuasamu
- Menyadari bahwa apa yang orang lain pikirkan tentangmu tak punya variabel apa-apa di dalam hidupmu ataupun bahagiamu
Alih-alih melebarkan dirimu sebesar dunia, kamu menyadari bahwa dunia itu terbentuk dari miliaran titik-titik kecil yang belajar untuk bersinar. Perjalanannya sendiri masih panjang, dan saya pikir tak mengenal kata tamat.
Dengan ini dewasa juga sejalan dengan refleksi dan kurasi, memangkas lingkaran keinginan, menajamkan lingkaran kebutuhan dan memperkecil lingkaran manusia yang ingin kamu jaga di hidupmu.
Seperti segala hal di hidup, bertumbuhpun tentang merelakan. Bangun dari mimpi anak kecil yang menginginkan semua dan mulai memantapkan pilihan dan mengusahakannya untuk menjadi nyata.
Jakarta, 2023-09-11
ivy
Leave a Reply