The Letter That I Shouldn’t Send

Hey, apa kabarmu di benua sana? Semoga tetap sehat dan selalu ditemani percakapan-percakapan hangat di cuaca dingin yang tak bersahabat.

Beberapa hari yang lalu, aku kembali ke sini, ke salah satu sudut Ibu Kota. Aku ingat sekali, di tempat ini lah 5 bulan lalu aku memulai percakapan virtual kita. Di sudut kolam renang ini, 5 bulan lalu aku mulai merangkai cerita untuk dibagi denganmu yang berbeda pagi. Di tempat ini, 5 bulan lalu kamu yang tadinya asing tanpa banyak usaha terasa seakan sahabat karib dalam waktu seminggu.

“Koq kayak ngomong ama teman lama ya denganmu..” begitu dulu aku berkata di awal-awal percakapan kita yang begitu lancar, seru dan hangat.

Ya, bahkan sampai hari ini pun rasanya aku seperti mengenalmu lebih dari sekedar 5 bulan. Maka ketika tiba-tiba kamu menghilang seakan ditelan bumi ada gempa yang menggoncang semestaku.

Apa yang terjadi, teman?

Rasa-rasanya dengan kedalaman perbincangan dan keluwesan pembicaraan kita selama ini, aku gagal untuk mengerti alasanmu memilih hilang dalam hening.

Bukankah setidaknya aku pantas mendapatkan beberapa patah kata darimu? Bukankah kita bisa melabeli relasi yang belum menjadi apa-apa ini sebagai (cukup) teman berdiskusi ide?

Sungguh aku kecewa dengan bagaimana ini berakhir. Aku tak ingin meletakkanmu di dalam kelompok “bangsat” yang pernah hadir di hidupku dan lenyap seperti angin lalu.

Aku pikir kamu bisa jadi rembulan yang tergantung jauh di langit dan tak perlu lah hanya untukku seorang. Toh, kamu tetap bisa menemani malam-malam gelapku dari atas sana.

Sudahlah, mungkin ini saatnya aku sadar bahwa pengertian kita tentang satu sama lain memanglah masih seujung kuku.

Apapun alasanmu, terima kasih untuk semua pelajaran, keseruan, perbincangan, pengertian, atensi, dan semua pertukaran ide yang telah terbagi.

.

Matur Suwun.

Semoga bertemu yang kamu cari.

Jakarta, 2022-1-22

Ivy

*biru yang sedang membiru

PS: Menjambangi tempat ini kembali, menyadarkan aku tak ke mana-mana. Kupikir aku menemukan jalan (dengan tujuan yang belum dipastikan) rupanya ini hanya putaran. Dari nol kembali ke nol.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *