Merelakan Peran

Hanya segelintir orang yang tau peran yang sudah saya lakoni sekitar 7 tahun terakhir ini. Ya, menjadi asisten baker musiman. Di mana dalam 2 tahun terakhir, sejak kepergian ibu saya “dilungsuri” peran untuk mengantikannya sebagai baker.

Di sesi memasak tahun ini, saya menemukan banyak permenungan. Proses melapis tiap lapisan membuat saya mengeluh dan terus menerus mendumel karena merasa betapa hasil dan tenaga yang dikeluarkan sungguhlah tak sebanding.

Di tengah lelah dan omelan saya mencoba melakoni peran baker saya paham, selama ini yang saya nikmati bukan sekedar prosesnya tapi teman yang menemaninya, yaitu ibu.

Dalam 5 tahun sejak kehilangan ayah, proses membuat kue lapis setiap CNY adalah sesi we time saya dengan ibu. Melakukan aktivitas bersama ibu yang selama ini membuat pekerjaan berat ini terasa sebanding dan berharga. Menghabiskan waktu bersama ibu menghasilkan sesuatu yang sebenarnya menjadi upah terbesar saya selama ini. Bukan bayaran yang diperoleh, bukan juga proses memasaknya sendiri yang saya nikmati, tapi teman menjalaninya.

Dua tahun terakhir, prosesi tersebut semakin kehilangan maknanya. Kian terasa berat dan terasa tak sebanding dengan segala tenaga dan usaha yang saya kerjakan. Maka dengan ini saya paham bahwa peran ini harus saya relakan.

“Ma, maaf tak bisa meneruskan legacymu. Saya akan tetap memasak tapi tak lagi karena pesanan orang, tapi karena kerinduan akan kenangan memasak itu sendiri.”

Fiuhhh.. ada banyak pertanyaan yang tak mampu saya jawab setiap kali menyentuh tepung, gula dan mentega kembali. Ada banyak kesalahan yang masih sering saya lakukan dan lupakan dalam keterbatasan saya. Biarlah itu jadi PR yang saya cicil pelan-pelan tanpa dibebani harapan.

Salam rindu selalu, ma.

Padang, 2022-2-5

Ivy


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *