Kamu apa kabar? Semenjak keluar dari stasiun kereta seminggu kemarin ada rasa rindu yang tiba-tiba menyelusup.
Ya, bukankah kamu yang selalu sedia menantiku dengan senyum khasmu di kala malam ataupun subuh untuk menjemput. “Natali mau makan apa?” nada suara ceriamu masih mampu aku putar di kepala. Tapi tentu saja rindu itu cepat-cepat aku uapkan seperti senja yang ada namun tak kunjung muncul di langit nona.
Kemarin malam rindu itu datang lagi dalam rupa yang lebih kuat. Siapa yang selalu sedia mengantarkan obat untukku ketika sakit? Hujan ataupun badai, tak mengeluh mendapati muka murungku. Datang dengan gempolan makanan, pelukan hangat dan senyum manis. “Makan yang banyak!” senyummu sembari memeluk dan mengecup.
Apa aku bodoh sudah melepaskanmu? Kadang berpikir bukankah cinta perkara sederhana? Pun di akhir kita bersepakat ada hal-hal di luar cinta yang tak sesederhana seharusnya. Toh setelah dua tahun kita menyerah dengan keterombang-ambingan itu, setidaknya aku.
Berselang hampir setahun, doaku masih sama, semoga ada perempuan baik lain di luar sana untukmu.
Tulisan ini hanya rindu yang tak boleh dipadu, jadi biarkan dia bisu di sini.
Bandung, 2019-3-13
Ivy
*biru yang tengah meringkuk
Leave a Reply