Menjadi Penulis Terkenal

“Lalu apa bedanya jadi terkenal dengan penulis terkenal?” tanya Koh Amrazing pada acara Personal Branding for Social Media di Patjar Merah Jogja minggu lalu. Saya satu dari sekian orang yang mengangkat tangan untuk menjadi penulis terkenal tapi menolak mengangkat tangan untuk  menjadi terkenal.

Pertanyaan ini tinggal di kepala berhari-hari bersama dengan pertanyaan menampar lainnya yang disampaikan dengan jenaka oleh Koh Lexy. Malam itu Koh Lexy berhasil menelanjangi kami dari segala tameng munafik, malu-malu hingga segala pikiran negatif yang kami bangun bak baju zirah, setidaknya saya.

Jika ditanya tentang kekurangan, sebagian besar orang mampu membuat list panjang untuk menceritakan segala jenis keburukannya. “Lalu bagaimana dengan kelebihanmu?” Koh Lexy kembali mengajak kami untuk menyelidik jauh ke dalam lubuk hati sendiri.

Deg

Pertanyaan koh Lexy ketika kami makan siang yang kesorean, kembali terlintas di kepala saya. “Fotomu bagus, ceritamu juga bagus.. terus kenapa followermu cuma segini-gini aja?” tanyanya santai sembari menyesap rokok. Lalu Koh Lexy melanjutkan, ada 3C dalam personal branding, Creativity, Consistent dan Connection. Ini tiga aspek yang kesemuanya harus dilakukan. Satu saja tidak dilakukan, maka hal tersebut tak akan berhasil. Dalam diam saya menganalisa.

Hari itu tepat seminggu lalu, ketika saya berkesempatan mengikuti Mak Poeticpicture dan Koh Lexy untuk menyaksikan perayaan Melasti di Pantai Parangkusumo, Yogjakarta.

Banyak percapakan dan cerita menarik yang saya syukuri dalam perjalanan pulang pergi itu. Mungkin layaknya perayaan Melasti yang melarung segala keburukan, kita juga butuh orang-orang yang mau untuk menunjuk tepat di wajahmu tentang apa yang salah. Membawakan kaca untuk bercermin dan mengakui apa yang sesungguhnya kita mau. Berdamai dengan pilihan itu, berfokus pada kelebihan dan kemudian menyusun siasat untuk mewujudkannya.

Terima kasih untuk segala tamparan pertanyaan menyakitkannya minggu lalu, koh! Sekarang saya mampu menjawab dengan lantang, saya ingin dikenal sebagai penulis perjalanan yang reflektif. Kelebihan saya adalah mengamati dan merefkelsikan hal-hal sederhana yang mungkin tak pernah diperhatikan orang lain dan menariknya menjadi pelajaran baru. Saya percaya, saya bisa mengajakmu menangis bersama untuk hal-hal kecil yang tersimpan rapat di pojok hati.

Saya geologist cerita, saya ingin mengajakmu merayakan hidup dengan cara yang lebih hangat. Semua orang pasti punya cerita yang pantas didengarkan. Saya ingin jadi orang yang membantu menuturkannya ~Blueismycolour 

 

Buku perjalanannya akan diselesaikan tahun ini. Semisal draft finalnya jadi, boleh saya kirimkan ke kokoh?

 

 

 

Bandung, 2019-3-9

ivy

PS: Special thanks to Mbak Sasha yang menawarkan penginapan dan ngajakin jalan ke Pantai Parangkusumo. Love u pull mak.

 

 

 

 

 

 

 


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *