Terkenang Mimpi

Dua hari yang lalu, sebuah pemandangan menerbangkan raga jauh ke masa-masa silam. Ke waktu di mana begitu percaya dan mengamini mimpi seseorang yang pernah begitu dekat di hati.

Mimpi tentang rumah, Purbalingga 2018

“Punya kebun sendiri, kayaknya seru. Aku bisa bertanam..” ucapnya ketika itu. Delapan tahun lalu, saya masih naif. Delapan tahun lalu itu mimpi pertama yang terasa begitu nyata. Maka tentu saja teramini dan dipatri kuat-kuat di ingatan.

Maka ketika suatu sore saya memandang hamparan kebun di belakang rumah kepala Desa Serang di Purbalingga, saya ingat dia.  Udara sejuk dan pundak-pundak bukit yang hijau. Dia yang dulu mensisipi saya dengan mimpi ini. Tapi tak ada lagi dendam di sana, hanya ada haru.

Mungkin jika semuanya berbeda, rumah impian yang dimaksud akan seperti ini. Tapi tak apa, toh tanpa atau dengan dia mimpi memiliki rumah di daerah pegunungan tetap ada di kepala.Terima kasih telah menginseminasi mimpi ini di kepala.

Di akhir saya pikir, yang terpenting adalah seberapa besar usaha kita untuk memenuhi mimpi itu.

Karena mengamini mimpi orang lain tak membuatmu berdosa hanya jangan lupa, menjadikannya nyata butuh mau dan usaha. ~blueismycolour

 

 

Dago 485, 2018-11-18

ivy


One response to “Terkenang Mimpi”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *