Perjalanan, Pelajaran & Penemuan

“Akh, I pick the wrong enemy. That’s the things.” tiba-tiba hal ini terlintas di kepala saya di tengah sesi meditasi yang begitu shaydu pagi ini. Ditemani dengan semburat langit yang pelan-pelan menjingga, nyanyian burung serta panggilan ayam untuk memulai hari, sebuah kesadaran ikut hadir.

Saya pertama kali (benar-benar) berkenalan dengan meditasi pada tahun 2019. Hal itu diresmikan dengan keberanian saya untuk mengikuti kursus Vipassana di Bogor selama 10 hari. Dalam masa hening tersebut, saya belajar banyak tentang diri sendiri. Betapa pikiran selalu riuh dan ingin menerbangkan ke masa depan atau masa yang lalu. Betapa menjadi penjaga untuk kedua lubang hidungmu selama 1 menit, tak mudah. Apalagi melakukannya selama 1 jam dalam tenang.

Pendek cerita, pelajaran tersebut selain membantu saya belajar untuk lebih tenang dan fokus, juga merupakan bekal untuk menghadapi kehilangan terbesar dalam hidup saya di tahun selanjutnya. Kehilangan ibu secara tiba-tiba membuat saya menjadi manusia yang dipenuhi kepanikan. Kepada meditasilah kemudian saya kembali dan berkaca. Belajar untuk pelan-pelan mencerna dan melihat kenyataan sebagaimana adanya. Belajar untuk memilah ketakutan dan kecemasan yang saya reka atau yang benar-benar nyata.

Hari ini setelah akhirnya berhasil menjaga pagi untuk memastikan ketenangan dan kenyaman hari, mendisiplinkan diri selama 2 bulan terakhir melakukan meditasi rutin selama ~30 menit sehari, sebuah penemuan penting muncul. Akar dari kecemasan saya adalah memilih lawan yang bukan tandingan saya. Bagaimana perasaanmu mengetahui bahwa tandinganmu adalah sesuatu yang besar dan tak mampu kamu kalahkan (dunia)? Cemas?! Panik? Klik.

Yes, i pick the wrong enemy. That’s the problem” gumam saya.

It’s not about make the whole world in peace, it’s about making a peace with in you. It’s not about soothing the outside, but learn to calming your inside.

~blueismycolour

Dunia terlalu luas dan besar untuk mampu ditenangkan. Satu-satunya hal yang mampu kamu lakukan adalah belajar untuk menjaga duniamu, ketenanganmu. Belajar untuk memberi jeda antara hal-hal di luar (kendali) dengan hal-hal di dalam (kendali) diri. Proses ini termasuk belajar untuk mengakui kemampuanmu, menerima dan menyadari bahwa dunia yang mampu kamu jaga adalah dirimu, saja. Pun dirimu adalah manusia biasa yang akan lagi dan lagi melakukan kesalahan, sepanjang hayatnya.

Kata Oprah di buku terbarunya ‘What Happened to you?’,

“Forgiveness is giving up the hope that the past could have been any different.”

Oprah Winfrey

PS: Dua hari lalu saya juga baru saja menyelesaikan membaca buku “What happened to you?” – buku hangat untuk membantumu memahami trauma.

Bandung, 2021-08-16

ivy


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *