“Ga kerja? Enak ya jalan-jalan terus!” Rasanya sudah tak terhitung lagi berapa seringnya kata-kata ini saya dengar. Dari yang bernada bingung, kesal, iri sampai bahkan marah, semua pernah.
Dulu, sekitar 8 tahun silam, saya adalah salah satu orang mengucapkan hal serupa di atas. Ketika melihat seorang teman freelancer yang hidupnya “terlihat” begitu bebas dan menyenangkan.
“Gua sirik sama elo, hidup lo nyenangin banget sih!” begitu kira-kira umpatan saya ketika itu. Saya ingat pasti jawabannya “ Lo pengen hidup begini? Ya tinggal diusahakan.” ucapnya dengan santai dan seringai tawa. Ketika itu saya merasa sedikit kesal dengan jawaban tersebut. Kesannya mengampangkan, padahal jelas tak segampang itu toh?
Bertahun-tahun kemudian, setelah saya selesai membereskan kata tapi dalam hidup saya. Saya mengerti bahwa ternyata
Pekerjaan adalah pilihan lengkap dengan konsekuensinya, hanya tinggal seberapa besar niat dan tapimu.
Tentu bukan tanpa halangan dan perjuangan, tapi dengan kebesaran niat akhirnya mimpi saya mewujud. Jalan hidup akhirnya menjodohkan saya dengan pekerjaan freelancer yang punya pendapatan naik turun dan kantor yang dapat dipindah ke manapun saya suka. Baru setelah hamper 2 tahun ini, saya mengerti maksud dari jawaban tersebut.
Menjadi freelancer pun sebenarnya tak seindah yang terlihat bagi para pekerja kantor dengan gaji tetap. Untuk setiap kebebasan yang kami peroleh, kami berjuang dengan ketidak pastian. Kami tak punya tunjangan apapun, kami tak punya sandaran dalam bentuk finansial.
Kembali, ini hanya menyoal pilihan saja. Seperti model baju atau model sepatu yang kita pilih. Lengkap dengan tag harga dan gayanya masing-masing. Entah pilihanmu sepatu pantofel ataupun sandal gunung.
Hari ini saya kembali ke kota yang saya labeli rumah setelah 32 hari menjadi musafir. Bekerja sembari berjalan itu tak semudah yang terlihat, teman! Saya bangun lebih pagi untuk menyelesaikan semua pekerjaan yang ada, atau tidur lebih telat untuk memastikan tidak melewati deadline.
Hal-hal begini, biasanya jarang dilihat oleh para pekerja kantor yang mencap hidup kami ini hanya bermain-main saja. Sekali lagi, tiap perbuatan punya konsekuensinya. Bekerja dengan berbagai latar tempat dan waktu adalah derita dan kebahagian yang kami pilih sebagai musafir.
Saya tak pernah mengumbar betapa naik turunnya hidup menjadi musafir, semoga para pekerja kantoran dengan gaji bulanan juga tak sirik dengan setiap perjalanan saya.
Hei, kamu pengen? Ya sila lakukan dan tak usa bawel!
Dago 485, 2017-7-21
ivy
Leave a Reply