Menjadi dewasa bukan tentang usia.
Menjadi dewasa tentang menyadari dan mengimani bahwa tak ada yang mampu membantumu kecuali dirimu.
~blueismycolour
Memperoleh banyak kemudahan yang disediakan ibu sedari dini, membuat saya menjadikan hal ini sebagai kebiasaan. Membuat saya merasa yakin bahwa suatu waktu akan ada ibu yang membantu saya dalam mengerjakan pekerjaan yang tak mau saya kerjakan, pekerjaan yang terlalu kotor, pekerjaan yang terlalu ribet, pekerjaan yang membosankan, pekerjaan-pekerjaan yang saya labeli nanti-nanti saja.
Setelah jatuh bangun kehilangan ibu nyaris 2 tahun, saya lagi dan lagi disodorkan pelajaran yang sama. Diingatkan dengan berbagai cara, bahwa tak ada yang mampu membantumu selain dirimu sendiri. Tak ada penyelamat yang akan datang, mengerjakan hal-hal yang harus kamu kerjakan. Tak ada yang dapat membantumu selain dirimu sendiri Persis ketika kamu menyadari dan mengimani hal ini, di sana kamu belajar menjadi dewasa.
Persis kesadaranmu ketika bertumbuh dari kanak-kanak menjadi remaja. Kamu sadar, tak ada super hero yang bisa menyelamatkanmu. Tak ada kekuatan super power yang menghindarimu dari semua kewajibanmu. Begitu juga rupanya dari remaja dan beranjak menjadi dewasa. Kamu lagi-lagi belajar untuk merelakan pemahaman lama tentang dunia. Pemahaman tentang hitam dan putih yang ternyata tak sesederhana itu.
Namun pelajaran terpenting rupa-rupanya adalah pemahaman bahwa orang tuamu juga manusia biasa sepertimu. Mereka juga belajar untuk memberimu yang terbaik dengan segala keterbatasannya. Ada rantai panjang perjuangan dari cara mereka membesarkanmu. Ada banyak pelajaran yang luput disampaikan karena rasa sayangnya padamu.
Bahwa, di dunia ini tak ada yang mampu membantumu selain dirimu. Semua hal harus datang dari keinginan pribadimu. Sesederhana memerintahkan mulutmu untuk mengunyah makanan.
Maka menjadi dewasa berarti mengunyah sendiri makananmu, mempersiapkan semua kebutuhanmu, menghitung sendiri mampumu, membersihkan sendiri segala kekacauan yang telah kamu sebabkan, belajar mengenali emosi sendiri dan cara meregulasinya , termasuk menerima bahwa kamu juga manusia yang punya keterbatasan.
Setelah fasih, maka utuhlah pelajaran hidupmu, nak!
Dewasa itu mengimani yang diucapkan Eyang Pram bahwa manusia itu datang seorang demi seorang. Kawanan dan teman adalah mereka yang menemani kita di tengah perjalanan sunyi ini. kawan seperjuangan, kawan berbagi suka dan duka, tapi tak satupun dari mereka mampu membantumu.
Ingat! uluran tangan pertama yang perlu kamu jabat adalah tanganmu.
Bandung, 2021-11-26
ivy
Leave a Reply