Self love is a practice
Tulis saya mengawali sesi jurnaling pagi ini. Konsep self love sendiri bukan konsep baru melainkan konsep lama yang belakangan ini malah di “abused” untuk membenarkan banyak hal.
Buat saya sendiri, konsep ini saya amini sebagai belajar untuk menjaga batasan (boundaries) dan mengamini keterbatasan dan kebutuhan diri.
Berhenti menjadi super hero yang berpikir mampu menyelamatkan siapa saja dan menjadi hero bagi diri saya sendiri. Hal tersebut termasuk belajar menerima bahwa saya punya keterbatasan dan hal itu tak membuat saya “not enough”. Adalah tak masalah jika saya tak mampu menyelesaikan satu atau dua masalah. Adalah okey meminta bantuan dan tak membuat saya kurang berharga hanya karena hal tersebut.
Lepas dari mega konsep tentang self love, pada pelaksanaannya self love ini adalah hal-hal kecil detil dan perintilan yang kita pilih. Tentang cara menghabiskan waktu, tentang membayar waktu pakai tubuh dengan tidur yang cukup, tentang menjaga dan merawat tubuh dengan makanan dan olahraga teratur. Tentang meluangkan 20 menit waktu untuk bermeditasi setiap pagi. Tentang menyikat gigi setiap malam seberapa lelahpun kita. Tentang bijak dalam caramu menjalani hidup.
Dulu saya berpikir self love adalah paket yang bisa ditebus sebulan sekali dengan iming-iming me time. Tentang hadiah yang dibeli sebagai apresiasi untuk diri. Mencoba menjalani hidup dengan lebih tenang, saya paham self love yang sesungguhnya adalah menit-menit yang dialokasikan setiap hari, tentang komitmen dan respek yang dipupuk dari hari ke hari.
Persis seperti merawat tanaman. Tanpa kamu sadar, diri yang dicintai dan diterima akan kemudian berbunga dan merekah.
Sudah seberapa sayang kamu dengan dirimu?
Bandung, 2021-12-19
Ivy
Leave a Reply