Kerinduan & Harapan Lama

Dari kecil dulu saya sudah begitu jatuh cinta dengan binatang kaki empat yang katanya jauh lebih setia dari manusia itu. Saking tergila-gilanya dengan anjing, email pertama saya punya embel-embel puppy di belakangnya. Berlebihan? Saya anggap itu polos dan tulus.

Berkesempatan menjadi dog sitting di rumah seorang teman di Dago Utara, segala mimpi masa kecil ini seperti kembali mengelitik. Bak teman lama yang tiba-tiba dipertemukan kembali. Tanpa sengaja bersua dan rupa-rupanya masih sama-sama klop untuk berbincang lama. Duh..

Serta merta saya teringat dengan anjing pertama saya bernama Brown. Anjing berdarah ras campuran terrier yang saya cari berkeliling kompleks dengan sepeda sambil menangis. Anjing yang saya tangisi hampir setiap malam ketika didaulat hilang oleh sang ibu.

“Ma, Brown uda makan belum?”

“Ma, Brown tidur di mana?”

“Hujan Ma, Brown kasihan ya..”

Hampir seminggu saya murung dan bersedih menyoal berita ini. Ketika itu saya belum genap 10 tahun.

Anjing kedua yang sempat tinggal di rumah saya adalah Peking yang saya sendiri lupa namanya karena hanya dititipkan untuk beberapa bulan. Berbeda dengan Brown, yang ini tak punya ikatan batin kuat karena dari awal saya tau dia akan pergi cepat atau lambat.

Selanjutnya saya tak pernah berhasil meyakinkan ibu untuk memiliki anjing lain. “Kamu cuma mau mainnya, ga mau bawa dia jalan. Ga mau beresin pupnya.” begitu dalih ibu setiap saya merengek.

Karena tak diperbolehkan memiliki anjing, maka jadilah saya si pengasuh anjing sejak dini. Seselesainya saya mengerjakan PR sekolah, saya akan mengayuh sepeda hijau saya untuk berkeliling kompleks menjambangi anjing tetangga. Mini, putih, lesi, Rob, Pixi, dan berbagai nama anjing lain yang saya akrabi.

Bertambah dewasa, kebiasaan ini pelan-pelan terkikis dan tergantikan dengan berbagai permainan menyenangkan lain. Tapi satu yang tak berubah, kecintaan, dan angan-angan saya untuk memiliki anjing.

Sekarang 20 tahun kemudian, merasakan tinggal dengan seekor anjing di sebuah rumah saya sadar ini bukan sekedar angan-angan semu. Ini mimpi dan harapan yang benihnya sudah saya tanam sejak dini. Semoga semesta punya cara untuk membuatnya menjadi nyata.

Nah sudah mau akhir tahun, ketimbang bertanya tentang “kapan nikah?” , bantu saya untuk lebih termotivasi dengna menanyakan “Kapan siap punya anjing sendiri?” Karena punya anjing itu bentuk komitmen besar yang butuh tanggung jawab juga. Siapa tau setelahnya saya siap untuk menerima orang lain untuk hidup bersama saya, tentu dengan syarat dia juga suka dengan anjing. *eh

Atau mungkin lebih baik mengenalkan saya dengan pria yang bisa diajak berdiskusi dan berpetualang serta punya seekor labrador? Bagaimana?

Astor say Hi!

Bisa bantu carikan paket two in one buat saya ? 😉

 

Dago, 2019-12-16

ivy

PS: Brown, di manapun berada semoga bahagia.

 

 


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *