“Jenk, coba pake stiker deh!” begitu ucap salah satu teman yang sama-sama senang menghias kuku.
Dari semenjak kuliah dulu kami sudah punya kebiasaan untuk selalu bermain dengan cat-cat kuku. Emang jago? Ya enggak. Salon kuku pasti lebih rapi, tapi ada kepuasan yang tak terjelaskan dari melakukannya sendiri.
Menghiasnya satu persatu kuku dgn kemampuan ala kadarnya seperti kebiasaan kecil yang saya pelihara dari dulu. Mungkin ini channel saya untuk kembali terhubung dgn anak kecil di dalam diri, entah.
Sore itu ketika kami berjumpa, saya memamerkan kuku-kuku yang baru saya kerjakan. Dia tersenyum lalu bilang, “gua uda ga pernah euy bikin kuku begitu.” tentu dengan embel-embel kesibukan. Lalu ia tambahi, “jenk, coba pake stiker deh! Membuat hidup lebih mudah.” kerlingnya.
Kemarin, ketika akhirnya saya punya waktu, saya mencoba sarannya. Tanpa ba bi bu dan membaca cara pemakaian, saya yang sok tau mencoba menggunakan stiker pada jari kelingking. “Sulit begini koq dibilang gampang?!” rutuk saya kesal. Lalu persis ketika saya mendumel saya menyadari kebodohan saya, tertulis jelas pada cara pemakaian.
Pantas saja sulit, saya menggunakan dengan arah yang terbalik. Bodoh. Saya memilih membuatnya lebih sulit. Damn!
Banyak hal dalam hidup kadang kalau juga begini. Ada hal-hal tertentu yang harusnya mempermudah hidup malah jadi menambah kerusuhan jika digunakan dengan cara yang salah.
Sembari melanjutkan kuku-kuku lain dengan cara yang benar saya teringat celoteh dukun @zodiakgembira rabu kemarin. Seperti pencerahan, tiba-tiba saya sadar,
“Tekanan yang benar pada tempat yang salah mampu membuat memar. ~ blueismycolur”
Teman, akhir tahun waktu yang tepat untuk mengevaluasi. Apa yang selama ini membuatmu meradang, mengapa? Hal apa yang selalu tinggal dan tak mau pergi dari kepala? Mungkin bukan halnya yang salah tapi caranya.
“How to do it matters, including direction.”
Dago, 2019-12-17
Ivy
*biru yang penuh kontemplasi dengan kuku baru
Leave a Reply