Aku Memaafkanmu

Ma, sejak memasuki bulan Maret berkali-kali kenangan tentangmu menelusup serta merta. Muncul tanpa diundang bersama dengan perasaan rindu yang teramat sangat.

Masih sangat ingat percakapan terakhir kita 14 Maret 2020 silam.

Me: Ma, sudah enakan?

Ma: Sudah

Me: Ada bisa tidur?

Ma: Ada

Me: Makan lah ya!

Ma: Ya.

Jawabanmu pendek-pendek pagi itu. Lantang tapi terpatah-patah. Tak ada sedikitpun curiga tentang apa yang tengah terjadi padamu ketika itu. Rasa bersalah akan kekurang pekaan ini tak jua pupus saya cicil dalam 365 hari. Luka ini masih menganga, berbagai andai masih sering bermain di kepala. Andai lebih jeli, andai lebih mengerti, andai lebih peduli, andai dan andai yang tak akan pernah habis.

Rasa nasi kuning yang bercampur dengan air mata pagi itu masih teringat jelas di lidah dan kepala. “Ya, mama anfal.” ucap Wiwil sepupu saya berselang 90 menit dari telepon terakhir. Belum mampu saya mencerna apa yang didengar, hanya air mata yang tiba-tiba mengalir dengan reflek tubuh yang tak ingin percaya dan terus menyuap.

“koq bisa? Tadi gua baru ngobrol di telepon…” ucap saya tak ingin percaya. “Di mobil 5 menit lalu juga gua masih ngomong sama mama u.” ucapnya dengan nada yang sama tak percayannya. Berdoa saja sekarang, ucapnya lugas dan tergesa-gesa lalu mematikan telepon. Berselang kurang dari 10 menit, telepon kembali berbunyi. “Ya, mama sudah gak ada.”

Hanya ada hening ketika itu. Bingung dan limbung. Saya tak bergerak dari duduk, hanya air mata yang kian deras dan nasi kuning yang bersimbah air mata. Setelah beberapa saat, baru saya dapat meraung sejadi-jadinya. Travel menuju bandara memang sudah terpesan, tapi tak terpikir bahwa kepulangan ini untuk mengantarkan mama ke peraduan terakhir.

Sepanjang perjalanan dari Bandung ke bandara, saya hanya terisak-isak dalam diam. Air mata yang terus menerus menetes di pipi. Belum habis rasa terkejut dan gelombang rasa kehilangan dan terluka, masih ada beberapa telepon yang harus dijawab. Mama mau dikremasi hari apa? Pakai baju yang mana? Posok? Bunga? Peti apa yang mau dipakai? Semua pertanyaan yang bahkan saya tak ingat bagaimana menjawabnya.

Dengan sanubari yang porak poranda dan senja yang semerah darah, akhirnya saya mendarat di Padang. Mendapatimu sudah terbujur kaku menanti saya, anak perempuan semata wayang yang luput ada di sana di detik-detik terakhirmu. Rasa getir dan pahit itu masih nyilu bahkan hingga saat ini.

Mengingat gumpalan rasa yang masih begitu kental, rasanya tak percaya telah setahun terlewati. Masih banyak yang belum terurai, namun beberapa logika menyelamatkan saya dari badai rasa bersalah. Andai mama masih hidup, apa yang diinginkannya lebih dari apapun?

Dengan mantab dan percaya saya mampu menjawab, bahwa mama ingin kami anak-anaknya berbahagia. Mendapatkan apa yang kami butuhkan. Mama adalah care taker terbaik yang saya punya. Orang yang sedia dan giat memastikan segala kebutuhan kami terpenuhi bahkan di atas segala kebutuhannya.

Dengan pemahaman ini dan pada momen satu tahun ini, saya mau memaafkan diri saya untuk segala beban yang saya letakkan di pundak saya. Untuk segala andai yang saya pikir mampu saya kerjakan. Untuk segala kesalahan yang saya harap mampu saya hindari. Untuk segala kemungkinan yang saya mainkan di kepala dengan harapan mama mampu terselamatkan.

Saya hanya manusia biasa, yang kadang tak jeli, kadang tak peka dan kadang tak paham akan segala hal. Saya juga percaya, mama sudah memaafkan saya bahkan sebelum saya memintanya. Belakangan semua kenangan tentangmu muncul sedikit lebih hangat. Merupa segala hal domestik yang dilakukan setiap hari, dari masakan, baju, perintilan kecil, catatan dan benda-benda yang selama ini kamu siapkan dalam diam.

Sebagai selebrasi, besok pagi-pagi di jam yang sama, saya akan membeli nasi kuning yang sama dan memakannya dengan posisi yang sama. Akan saya bayangkan kamu dan papa tengah tersenyum di negeri antah berantah sana. Memandang saya sembari memamerkan nasi goreng ikan baladomu.

Ma, we love you and we missed you both here!

Bandung, 2021-03-13

ivy


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *