[CSWC] Pendosa & Dosanya

Para pendosa malam ini, Bandung 2018

“Seven deadly sins, atau 7 dosa mematikan” itu tema yang kita usung malam ini. Seperti ditebak, menimbang banyaknya pendosa di dunia, acara kali ini riuh. Bicara soal dosa tentu saja banyak pendosa yang terpanggil toh? Total ada 34 orang yang datang dengan membawa dosanya masing-masing.

Ada cerita tentang ayah malas yang mentriger dosa pembunuhan, ada dosa tante bahenol yang gembar bercinta dan tak pernah puas, ada dosa kecintaan pada diri sendiri yang jumawa, ada dosa ketamakan yang tak pernah puas dengan harta atau bahkan ingin menjadi abadi. Ada ibu yang merasa begitu berhak atas anaknya.  Ada istri yang menghentikan kerakusan suami dari perempuan lain. Ada laki-laki yang mengadai harga dirinya. Ada manusia yang tak pernah berhenti bertanya. Ada yang merasa berdosa karena telah mencintai sedemikan dalam. Ada yang menuliskan lagu singkat tentang sinful pride. Ada yang tak menuliskan apa-apa karena tak tau harus menceritakan dosa mulai dari mana. Ada yang menertawakan dosa.

Dalam waktu kurang dari 1 jam, dosa-dosa ini diberi kaki-kaki fiktif, dibungkus dengan berbagi bentuk frasa dan prosa yang sungguh menarik. Kemarin malam saya tercengang-cengang dengan betapa luar biasanya kita (manusia) bisa menciptakan dunia kecil lain di Srundeng. Dunia yang tak munafik, dunia di mana setiap orang mengakui dosanya, setidaknya dosa yang dipilihkan untuknya malam itu.

Anehnya, meski bicara dosa malam itu hangat. Jangan-jangan, justru karena bicara dosa kita semua merasa tenang? Karena tersadarkan akan dosa satu sama lain yang hanya berubah bentuk dan terus berulang? Tak ada penghakiman, hanya sungingan senyum untuk tiap frasa atau rasa yang berputar ketika satu atau dua cerita terasa begitu dekat dengan kita.

Yang merasa tak berdosa boleh melempar batu pertama…”  mungkin begitu tema fiktif yang tak tertulis yang sama-sama kita amini. Ya, untunglah kita semua sadar kita pendosa. Maka kemarin jadi malam syahdu bagi para pendosa untuk menandaskan bulir-bulir dosanya ke angkasa.

Kemarin malam kami para pendosa berkumpul. Kami para manusia pendosa bicara soal dosa. Ya dosa yang biasanya hanya boleh dibisiki di dalam gelap gulita hatimu, dosa yang biasanya dikumandangkan di bilik-bilik kecil berjudul pengampunan dosa hanya untuk kembali diulang. Dosa yang mulai menjadi default dan tak lagi terasa haram. Dosa hawa, dosa adam, dosa apapun namanya dan bentuknya.

“Hei mana yang lebih berdosa, menyadari dosa dan terus mengulanginya atau tak pernah merasa berdosa?

Dago 485, 2018-7-20
ivy

 

 


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *