
Dulu, saya pernah jadi pejalan yang begitu antusias. Ada list panjang tempat yang harus saya kunjungi di tempat baru. Kadang-kadang list tersebut tidak masuk akal karena terlalu banyak dengan waktu yang sangat terbatas. Lama kelamaan, list tersebut semakin dan semakin memendek. Saya melambat, ya sebagiannya karena usia sebagian lainnya karena saya merasa tak dapat menikmati apapun dalam kerusuhan perpindahan tersebut. “What’s the point?”
Seperti jalan hidup, dalam perjalanan kita harus memilih. Tak semua bisa kita lihat dan kita datangi. Dalam perjalanan kali ini, highligh saya adalah Ha Giang, provinsi paling Utara Vietnam yang berbatasan dengan China. Di antara itu saya sematkan beberapa kota perantara yang mungkin bisa saya kunjungi jika sempat. Salah satunya Ninh Binh, provinsi yang sempat mendapat gelar sebagai Ha Long in Land.
Mendengar cerita salah satu teman yang mengunjungi tempat ini tahun lalu cukup membuat saya tergoda untuk melihatnya sendiri. Iming-iming foto dan cerita bahwa Thrang Ann yang terletak di provinsi Ninh Binh ini adalah lokasi syutting film Kong membuatnya semakin menarik hati.
Setelah menghabiskan 2 malam di Hanoi hanya untuk makan dan bercengkrama dengan teman-teman lokal, hari ini saya memutuskan untuk menyinggahi Ninh Binh. Perjalanan kami mulai dengan Limosine Van, yang tentunya Thanks to local friend for make this happens. Setelah perjalanan 90 menit itu begitu nyaman dan menyenangkan jika dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman lainnya, kami sampai di kota Ninh Binh.
Setelah beberapa riset singkat dan bertanya dengan beberapa teman, kami memilih untuk menginap di kota Tam Coc yang berjarak sekitar ~7km dari kota Ninh Binh. Menginap di mana? Nanti saja diputuskan ketika melihat langsung tempatnya. Maka setelah menyewa motor di sekitar statiun kereta, kami mulai petualangan mencari hotel. Setelah masuk keluar gang sempit, akhirnya kami menemukan sebuah bungalow yang menyenangkan, ya dengan harga yang lebih mahal tentunya.

Datang dengan tanpa agenda, membuat kami terbuka untuk agenda apapun, sekaligus tidak tau menau tentang tempat menarik apapun. Agenda besar hanya 1, Thrang Ann. Maka tiba di hotel, sekitar pukul 15.30 sore, bertanyalah pada sang resepsionis yang ternyata sangat fasih berbahasa Inggris, meski tidak terlalu tertarik untuk menjelaskan banyak. “Pagoda… that’s the picture, very close from here. Good!” ucapnya sambil menunjuk salah satu poster bahkan tanpa berdiri.
Maka dengan foto sebuah pagoda yang terletak di antara gunung karts, kami memacu motor dengan tanpa ekspektasi apa-apa. Seperti yang dijanjikan, pagoda itu hanya berlokasi 15-20 menit dengan motor. Musim kering membuat latar pagoda tak terlihat semegah jika musim hujan.


Setelah memarkir motor, maka berjalanlah kami masuk. Tak seorangpun membawa tas, tak seorangpun menggunakan sepatu. Termasuk saya yang sebenarnya membawa sepatu, ketika itu menggunakan sendal plastik yang disediakan hotel. Berjalan masuk melihat kemegahan pagoda yang seperti terpahat di antara batu-batuan alami yang menjulang tinggi sungguh luar biasa. Menyusuri perut gunung dan mendapati kuil-kuil kecil di dalamnya membuatmu terperangah betapa luar biasanya manusia dulu memuja Tuhan.
Berjalan makin ke dalam gua, kami kembali dibelokkan menuju tanjakan lain ke arah gundukan batu karts menjulang lain yang tentu tak kalah mempesona. Sebuah jalanan kecil untuk naik ke atas menarik perhatian 2 teman saya yang super antusias. Maka dicobalah menjajal batu-batu karts runcing-runcing itu dengan sendal jepit masing-masing. Khususnya saya, selain dengan sendal sorong plastik hotel bewarna biru ciamik, saya sedang menggunakan gaun pantai murah meriah yang dibeli di Ubud 2 tahun lalu.
Hooh, menjajal gunung batu yang ga ada tangganya cantiknya dengan gaun bunga-bunga lengkap dengan sendal plastik bewarna biru. Sepanjang proses memanjat tersebut saya mengutuk diri yang malas menganti sepatu. SEdangkan ketika turunan, saya tertawa-tawa puas dengan kegilaan yang terjadi hari ini.


Lesson #22
Perjalanan membuatmu berani melakukan hal-hal gila yang mungkin hanya kamu lakukan sekali seumur hidup.
Kapan lagi dalam hidup saya akan menanjak bukit batu dengan gaun bunga-bunga dan sendal plastik? Jawabannya siapa tau… Tapi untuk sekarang, saya harap cukup sekali di Pagoda Bich Dong sore ini.


Kegilaan apa yang pernah kamu lakukan di perjalanan? Belum ada? Mungkin kamu boleh mencoba melakukannya sesekali. *wink


Tam Coc, 2018-03-25
ivy



Leave a Reply