Hari kedua di Hanoi dimulai dengan kesiangan. Serunya berjalan tanpa agenda adalah kamu bisa ngobrol dan bercengkrama dengan teman hingga larut bahkan pagi. Lalu tidur hingga dibangunkan oleh alarm perut.
Setelah menikmati makan pagi maka saya memutuskan untuk berjalan-jalan dan melihat-lihat. Berkeliling kota dan menemukan sebuah festival jepang-vietnam sedang berlansung tak jauh dari danau.
Bunga-bunga indah didatangkan untuk menghias tempat tersebut, semua orang dari segala usia datang dengan pakaian terbaiknya demi foto, termasuk saya.
Bunga-bunganya indah diluar kata, satu yang menganggu saya. Seorang ibu yang menyuruh anaknya berbaring di antara bunga-bunga hanya demi foto. Hal ini tak hanya terjadi di Indonesia rupanya. Huff..
Sebuah tarian memecah keramean, tebakan saya ada kompetisi yang berlangsung bersama acara ini. Setelah beberapa tarian, kami pun berlalu pergi.
Malam terbuat dari makanan Hue yang super duper enak. Sayangnya malam tersebut menjadi tercela ketika kami mengunjungi night market. Tujuan awal saya adalah mencari celana aladin, celana kesukaan. Namun dalam perjuangan mencari celana, saya melihat jenis buah yang tak pernah saya lihat sebelumnya. Bertanya pada Vien salah satu teman lokal yang menawarkan untuk mencobanya. Damn! Aunty penjual yang sama sekali tak ramah dan berbahasa Vietnam memaksa kami untuk membayar dengan harga yang tak masuk akal. Dia terus berbicara dengan keras dan marah, kami tak punya pilihan selain membayarnya. Selalu ada harga untuk sebuah pelajaran. Kesal iya. Rasa kudapan tersebut seasam perasaan kesal kami.
Lesson #20
Pelajaran selalu datang dengan harga mahal!
Ya dan kali ini datang dengan omelan tak sudah yang panjang-panjang. Bikin gondok tapi dibanding keselek anggap aja pelajaran.
Hanoi, 2018-3-24
Ivy
Leave a Reply