Andaikan hidup adalah petualangan, apa saja isi ransel yang kau siapkan? Seberapa berat beban yang rela kau panggul?
Mari berandai-andai bahwa dalam hidup yang merupa perjalanan ini, masing-masing dari kita dihadiahi sebuah ransel ajaib. Ransel ini mampu memuat apa saja. Ya, segala hal. Tetapi sang ransel ajaib tetap patuh pada hukum gravitasi. Bayangkan cengkeramannya di bahumu saat kau memanggulnya dalam perjalanan.
Kira-kira apa saja isi ranselmu?
Momen-momen penting apa yang rela kau sanggah di bahumu sepanjang perjalanan? Perjalanan yang entah akan mulus atau berbatu, entah akan mendaki atau menurun, entah akan berliku atau sekadar lurus. Perjalanan yang tak bisa kau terka jaraknya karena tak ada GPS ataupun peta. Perjalanan yang garis finish-nya tak pernah mampu diprediksi.
Lalu dengan apa kau akan bersiap untuk perjalanan ini?
Dengan apa saja ransel yang akan menemanimu sepanjang perjalanan ini kau isi?
Potongan-potongan mimpi yang tak pernah berani digapai dan terlipat rapi di sudut hati?
Patahan-patahan hati yang menyadarkanmu tentang luka-luka semu yang lebih menghantui dibanding goresan pada tubuh?
Dendam-dendam karatan yang masih bercokol meski telah digerus waktu bertahun-tahun?
Cerita-cerita konyol yang selalu mampu menyegarkan harimu?
Kenangan-kenangan kecil yang selalu terasa semanis dan selembut gulali?
Kata-kata penyemangat yang dilontarkan sahabat dan selalu jadi selimut hati?
Senyuman simpul yang tak pernah kamu tahu artinya?
Tatapan haru yang tak lepas dari ingatan?
Apa saja isi ransel ajaibmu? Atau seberapa berat ransel yang rela kau panggul? Masih adakah tempat kosong untuk menyimpan semua kebetulan yang kamu temukan selama perjalanan?
Ransel kosong tentunya akan mempercepat langkahmu, membuatmu mampu melompat lebih tinggi, lebih jauh, dan lebih lebar. Lebih cekatan. Sekadar mengingatkan, melewati perjalanan dengan ransel kosong tentu juga bukan perkara mudah. Bayangkan hujan badai, malam, lapar, dan haus. Bagaimana caramu bertahan di tengah dinginnya malam di antah berantah, menghalau terik surya saat tak ada satupun pohon sebagai pelindung?
Sungguhkah tak ada potongan rasa yang ingin kau bawa serta sepanjang perjalananmu?
Saya akan membayangkan ransel ajaib itu seperti ransel merah yang selalu saya bopong dalam tiap petualangan. Di dalam ransel itu akan saya simpan rajutan senja terindah diselingi dengan cahayapagi termegah untuk menghangatkan ketika dinginnya jiwa mulai merasuk.
Kudapan cerita manis, kalau-kalau hati saya lapar.
Sebotol penuh air harapan, kalau keputusasaan tiba-tiba melanda.
Kacamata ketenangan, saat kepanikan terlalu terik.
Tidak lupa saya simpan peta mimpi. Jikalau jalan yang satu buntu, selalu ada jalan lain. Saya bayangkan ransel itu menyisakan tempat yang cukup untuk segala cerita dan kebetulan yang saya temui di perjalanan. Saya tidak akan segan membongkar segala isinya kalau-kalau ada bawaan yang ternyata memberatkan dan tak pernah saya gunakan.
Dalam perjalanan hidup, kita semua sama-sama belajar untuk mengisi dan menata “ransel kita” dengan hal-hal yang kita butuhkan, sekaligus diajari untuk berani mengosongkannya dari hal-hal yang hanya memberatkan. Memilah benda-benda yang benar-benar akan digunakan atau hanya sekadar mungkin berguna. Belajar melepaskan.
Seperti hati, sampah rasa akan memberatkan, sementara rasa syukur akan membuatmu melambung tinggi.
Jadi, apa saja isi ranselmu hari ini?
*tulisan ini sudah di publish sebelumnya di kamantara.id dengan judul jika hidupmu dikemas dalam sebuah ransel.
Leave a Reply