Berbeda Cara

“kita memang harus menerima sih, kalau cara mencintai itu berbeda-beda…” ucap saya kepada seorang teman malam ini.

GLEK

Pernah mendapatkan nasehat dari dirimu sendiri? Setelah ucapan ini keluar dari mulut, baru saya menyadari betapa dalam dan beratnya perkatan ini. Lebih penting lagi betapa benar dan tepatnya peringatan ini menghampiri.

Sebenarnya kejadian yang mentriger perbincangan ini sangat sederhana. Kembali tinggal di kamar kosan kecil saya di pojok Utara Bandung membuat banyak hal yang sebelumnya tak mungkin menjadi mungkin. Salah satunya, tiba-tiba menjadi ibu tiri dari kucing liar yang sering berkeliaran di sini.

Ya, kucing yang akhirnya saya namai Gigih. Karena memang usahanya tak pernah menyerah untuk melantik saya menjadi ibunya. Sesuka hati kalau kata semena-mena terdengar terlalu kasar. Suatu siang dia datang dan memberanikan diri mendekati lalu seperti mudahnya dia melengos pergi semudah itu pula dia menganggap saya sebagai “my human”.

Datang tanpa diundang dan pergi sesuka hatinya. Ya, sebagaimana kucing-kucing pada umumnya bertingkah. Hampir sebulan lebih dia selalu datang dan mengecek keberadaan saya jika ada di kamar. Pelan-pelan dia punya satu tempat khusus di sofa kecil saya.

Saya yang senang mendengarkan kicauan burung atau gerak-gerik tupai di pohon-pohon tetangga, sering membiarkan jendela dan pintu terbuka setiap bekerja dari kamar. Di saat itulah Gigih akan datang tanpa diundang, berjalan pelan, melihat dari sudut mata lalu duduk di singgasananya.

Jika saya pulang di malam hari, tak jarang dia ‘tiba-tiba’ muncul untuk menemani berjalan dari pagar depan melewati halaman, pintu gerbang, jalan samping, tangga hingga ke pintu kamar.  Setengah dongkol karena lagaknya yang sering centil sehingga menghalangi langkah, setengah lagi senang karena ada yang menyambutmu pulang. Peliharaan yang tak butuh diurus hanya butuh diberi makan.

Lalu sore ini, nampaknya Gigih menyatakan cintanya pada saya. Dia membawakan saya seekor anak tikus yang masih hidup. Mengantarkannya ke depan pintu kamar yang tentu saja sukses membuat saya terkejut dan buru-buru menutup pintu.

“poor you.. But she really like you.” canda teman saya yang setingkat ibu kucing ketika menceritakan kejadian ini padanya.

Di sinilah ucapan di atas muncul. Ya, kita kadang harus menerima bahwa cara mencintai itu berbeda-beda. Sebagai orang yang lebih memilih anjing ketimbang kucing, saya tak pernah benar-benar mengelus atau memeluk Gigih. Pun memberinya makan hanya sesekali dan jika sedang ada saja. Tapi ternyata, sepotong tempat dan makanan yang sesekali  ini cukup untuk membuat Gigih merasa diterima.

Kesimpulan hari ini: Cara mencinta dan merasa dicinta itu berbeda-beda dan tak ada yang salah.

Hanya butuh hati-hati saja dengan hati. Lebih peka dan lebih sadar dengan tindakan dan respon yang dilakukan. Sekian.

Dago, 2019-08-26

ivy

 

PS: Jangan terlalu baik jadi orang, nanti dikira PHP. Pun Jangan terlalu baper jadi orang, ga semua bermaksud seperti yang kamu pikikan. #iklanlayananmasyarakat


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *