Tanah itu tabah.
Setabah dada ibu yang kian kisut dan kurus ketika mulut-mulut rakusmu berebut susu.
Menyedotnya hingga habis, tandas.
Tak berhenti, hingga puting ibu tak lagi punya air susu.
Air itu mengalir dari yang tinggi ke yang rendah, katanya. Nyatanya, hukum dan segalanya bisa dimodifikasi. Ditulis ulang bak takdir pada dirigen-dirigen air yang kini harus dibeli di bawah sana. Akh..Semua bisa dibeli, betul? Nurani dan harga diri itu, salah satu komoditi di sini.
Tanah juga berarti rumah yang tubuh tempat tumbuh. Mula dari akar-akar budaya yang bunganya indah dan dikagumi segala bangsa karena kedalaman corak dan warnanya.
Air juga dapat dipelintir menjadi kekuatan, kelebihan. Tentang keindahan yang terkandung di dalamnya, tentang gemuruh, tentang tetes, tentang riak, tentang bening yang mampu membuatmu haru. Tentang yang cair dan baur di nadi-nadi pulau yang menjadikan negara kepulauan terbesar di dunia ini satu.
Lalu bagiamana mendefinisikan kerumitan, antara tarikan-tarikan rasa cinta, bangga, kecewa, luka yang tak terjelaskan ini? Sebut saja ia Indonesia. Sebut saja ia tanah air beta.
Bandung, 2019-8-30
Ivy
#seduhpuisi #tanahairbeta
Leave a Reply