Akhir tahun kemarin, sepulang dari Toraja saya membawa beberapa bungkus kopi Toraja. Sebagai pencinta teh, kopi tak pernah menjadi suatu keharusan untuk saya. Berbeda dengan beberapa teman tersayang yang menjadikan kopi sebagai cairan hitam yang membuat mereka bernafas. Kepada merekalah oleh-oleh ini ingin saya bagikan.
Ada 1 bungkusan kopi yang rencana akan saya kirimkan via pos namun tak kunjung terwujud. Alasannya? Lupa, mepet dengan jadwal berjalan selanjutnya, rusuh ngurusin berbagai macam hal. Pendek kata, saya selalu menemukan alasan untuk menunda. Hampir 6 bulan si kopi mengkakuisisi salah satu pojok kamar saya.
Kemarin pagi, saat akan bersiap-siap untuk keluar sebuah ide tiba-tiba melintas di kepala. Menanyakan alamat dan dalam waktu kurang dari 30 menit kopi lengkap dengan surat cinta sudah saya bungkus rapi.
Siang ini sang hadiah sampai dengan selamat di tujuan lain. Ya, yang berbeda tujuannya. Saya mengirimkannya ke tujuan lain dan secepat kilat dia terwujud. Dalam hidup mungkin juga ada hal-hal semacam ini. Ketika kita berkeras untuk tujuan tertentu sedangkan ada jalan tol yang terbuka di arah lainnya. Hal yang butuh kita lakukan hanya menoleh untuk menyadari.
Tulisan ini buat siapa-siapa yang sedang terdesak dan terpojok, mereka-mereka yang ingin menyerah. Duduk diam sesaat teman, biarkan semuanya mengendap. Lalu mulai lagi.
Pilihan selalu ada, pertanyaannya apa kita mau?
Dago 485, 2019-07-11
Ivy
Leave a Reply