Lingkaran Kebaikan 

Masih cerita pagi ketika saya di Takengon. Sampai di saat terakhir masih ada ragu untuk memperpanjang liburan saya sendiri di Aceh. Sendiri? Iya. Di Aceh? Lalu semuanya diam dengan pikirannya masing-masing. Tapi sungguh saya bersyukur saya mengambil keputusan ini. 
Saya teringat perkataan seorang teman asli Aceh ketika saya tanya tentang keamanan jadi solo female backpacker di Aceh, dia cuma tersenyum dan berkata “orang Aceh baik-baik koq!” Lalu saya membuktikan sendiri perkataan itu. Semua berpusat pada diri, jika maksud kita baik maka kita akan dilingkupi sesuatu yang baik untuk mendekat. Saya percaya itu. 
Selama jalan-jalan pagi sendiri di Aceh, saya selalu membagikan senyum dan sapa kepada setiap yang saya temui. Percayalah senyum itu menular. Tanggapan dari kebanyakan warga cukup sama, tersenyum balik sambil terheran-heran melihat saya jalan kaki sendiri keliling kota. “Sendiri aja?” Itu selalu jadi kata pembuka. Pertanyaan yang akan saya jawab dengan tersenyum selebar yang saya bisa dan mengangguk. Manis
 Jalan-jalan pagi saya biasanya berbekal apps ala kadarnya. Pagi itu saya ingin mencari bibir sungai yang paling dekat dengan tepian. Maka sampailah saya diperkampungan nelayan ini, bapak yang lupa saya tanyakan namanya sedang melihat tambaknya. Sesegera dia melihat saya, dia langsung menghampiri. Saya agak kaget dan sedikit takut juga, ini jalan buntu. Tapi lalu saya mencoba tenang dan menunggunya menghampiri, tersenyum dan mengucapkan salam. Ternyata bapak ini bermaksud baik, ingin menunjukkan pada saya tempat yang harusnya saya kunjungi selagi di Takengon. “Dek uda ke sana belum? Foto dari sana bagus.” Begitu kira-kira omongannya lalu tersenyum dan kembali ke rutinitasnya. 

a river bank, takengon

Jadi bolehlah saya menyimpulkan, orang Aceh itu baik-baik kan? 
Padang, 2016-1-7

Ivy

*biru yang masih dilingkup haru 


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *