Teruntuk kamu: Aku tak pernah berpikir macam-macam sebelumnya karena semua usahaku menyelusup sapa dalam hidupmu seperti selalu dipentalkan waktu. Saat aku berdiam, akh ntah ini konspirasi waktu atau aku yang sedang dihampiri segala kebetulan, tak disangka tak diduga kamu melempar kunci dan segala semesta membantuku memungutnya. Maka bermuaralah rindu ini padamu.
Teruntuk kamu: Apa kamu tau aku penuh degup tak tenang saat menantimu? Tapi aku bersyukur jadi orang pertama yang datang dan menentukan tempat. Lembar-lembar halaman yang kubaca untuk memenangkan hati tak satupun mampu kucerna. Lalu kamu datang tanpa peringatan dan mengejutkanku dengan suara tenormu yang khas. Aku terpana, antara kejut dan sadar bahwa setelah sekian lama akhirnya kita bersua. Bertemu muka
Teruntuk kamu: perbincangan kita dengan topik-topik random itu tak membekas di ingatanku. Tapi gerak dan gesturmu yang kadang malu-malu ketika mata kita beradu dan berusaha terlihat biasa itu, terpatri dalam cerebrumku. Katamu itu gado-gado terlezat yang pernah kamu makan. Aku ingin nyeletuk, itu pujian untukku? Makan apapun sembari memandangku membuat makananmu jadi lezat. Itukah maksud yang ingin kamu sampaikan? Tapi kata-kata itu tercekat di tenggorokan, kutelan dalam malu dan akhirnya aku tanggapi dengan senyum dan berkata kamu melebih-lebihkan.
Teruntuk kamu: Langkahmu yang besar dan cepat sedikit sulit aku tandingi, tapi aku senang mengikutimu. Mencoba menyamai langkah dan memandangmu. Lalu kamu mulai bercerita atau menghinaku. Apa itu caramu untuk memecahkan ketegangan? Apapun itu aku suka dan tolong lanjutkan
Teruntuk kamu: Aku tau pasti kamu tak selalu rela mengajak semua orang bertemu, terutama dengan jarak yang kamu tempuh untuk menemuiku dan bertingkah seakan semuanya biasa saja. Oleh-oleh kecil yang selalu kamu bawa sekedar hadiah pengingat betapa pedulinya kamu. Akh aku sadar betapa pemalunya kamu dibalik topeng gahar itu. Boleh aku berkunjung di ruang tamu hatimu?
Teruntuk kamu: Duniamu selalu menjadi hal yang sulit aku pahami. Jawabanmu “ya begitulah” dan segera dengan lihai mengganti topik lainnya. Ke dunia yang penuh perhitungan dan perencanaan matang yang sudah kau kalkulasi dengan rinci. Eh kamu bergolongan darah A ya? Begitu tebakku. Yang segera kamu bantah dengan gelengan kuat. Aku O tapi hidup buat aku jadi begini. Akh duniamu yang penuh misteri itu, boleh ajak aku bertamsya ke sana?
Teruntuk kamu: Apa kencan pertama kita membuatmu seberbunga-bunga aku? Jika tidak tolong kembalikan kewarasaan dan sepersekian jiwaku yang mulai merasuk di senyummu. Nah jika jawabanmu iya, kutunggu ajakan selanjutnya. Aku tau kamu butuh waktu untuk meluruh. Nikmati proses alterasimu, aku setia di sini.
Padang, 2016-1-6
Ivy
*biru yang menunggu pertanda baik selanjutnya
Leave a Reply