Persis setelah saya membeli tiket bus terakhir ke Medan, baru saya sadari cuaca Takengon pagi ini berbeda dari beberapa hari sebelumnya. “Cerah dan biru!” pekik saya pada teman yang menemani saya ke terminal.
“Makanya tinggal lah semalam lagi, banyak yang belum kamu lihat di sini!” bujuknya. Saya sempat ragu tapi akhirnya memutuskan untuk tetap pada rencana.
Lihat saja sapi yang tak pernah komplain dengan cuaca itu sedang berjemur menikmati matahari hari ini dan tak mengutuk kenapa kemarin hujan atau berharap besok cerah. Nikmati saja momen nya.
Saya pikir manusia juga harus belajar puas. Jika kota dingin di Aceh tengah ini memutuskan memperlihatkan langit birunya di hari terakhir maka yang bisa saya lakukan adalah menikmati kecupan perpisahannya dan meyimpannya dalam kenangan.
Leave a Reply