Titik Nol – Safarnama

“Perjalanan adalah sebuah point of no return. Tak ada istilah kembali ke sediakala. Setelah melewati perjalanan (panjang) ini, segala sesuatu tak akan sama lagi.” ~ Titik Nol

Seperti perjalanan spiritual, buku ini menuntunmu dari satu semesta ke semesta selanjutnya. Semesta yang membuka matamu dan membuatmu ikut bersamanya dan mengamini perkataan Agustinus Wibowo di atas.

Utuh.

Ini mungkin kata yang tepat mengambarkan buku titik nol. Penuh. Di sini, bukan hanya  berisi cerita tentang sudut-sudut dunia yang jarang dibicarakan. Tapi, juga kitab intim tentang keluarga yang ikut dituturkan dan menjadi tulang punggung tak terbantah dari kisah-kisah ini.

Cerita perjalan ke tempat-tempat eksotis seperti Tibet, Nepal, India, Pakistan hingga Afganistan ditarik dan disandingkan dengan potongan-potongan realita paling intim tentang menjadi seorang anak yang mendapati sang ibu terkulai di ranjang pesakitan.

Memori-memori dan segala emosi yang berkelindang di dalamnya digambarkan dengan begitu dalam, menyeret pembaca untuk ikut merasakannya. Sekaligus menjelaskan bahwa “Perjalanan adalah pembuktian kesabaran.”

Bak dogeng 1001 malam yang dituturkan putri pada raja untuk menyelamatkan nyawanya hari demi hari. Safarnama berarti Kitab perjalanan dalam  bahasa Persia juga dituturkan untuk sang bunda demi melewati masa-masa terpenting. 

Cara buku ini bertutur juga penuh dengan permenungan dan sarat pelajaran. Penuh kalimat-kalimat quotable yang tak hanya indah didengar tapi disarikan dari pengalaman. Potongan-potongan kesadaran yang dikumpulkan dari perjalanan panjang dan berdebu. Penemuan-penemuan yang diperlihatkan bukan untuk menggurui namun untuk berbagi.

Membaca buku ini di bulan keempat kehilangan ibu, ada rasa-rasa yang kembali muncul ke permukaan bersamanya. Cupilkan-cuplikan yang begitu nyata dan membuat buku ini begitu emosional. Terima kasih untuk kisah-kisah luar biasanya. Terima kasih sudah berbagi cerita perjalanan dan cerita kehidupan.

Maka seperti yang selalu diajarkan perjalanan tentang barang bawaan. Semoga kita pun mampu melipat rapi hal-hal yang tak lagi butuh kita bawa. Meringankan ransel dan meringankan langkah. Pun belajar tau, kapan waktunya berjuang dan kapan waktunya untuk menghentikan langkah.

Ingat, “Caramu memandang dunia adalah cerminan caramu memandang diri. Dunia yang muram berasal dari hati yang muram” ~ Titik Nol

 

Bandung, 2020-08-08

ivy


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *