Menyelam dalam Kebebasan

Seminggu terakhir saya belajar tentang pengalaman baru. Menyatu dengan kedalaman, berpelukan dengan kebebasan, mencumbui laut biru. Pengalam pertama, saya gamang dan bimbang. Begini analoginya, kamu terbiasa berenang di kolam nyaman, lalu akhirnya punya kesempatan untuk berenang di tengah lautan. Biru yang menggoda itu tentunya luar biasa, namun juga mampu menelanmu hidup-hidup. 

Belajar menyelam, sama halnya belajar tentang kebebasan dan keterbatasan. Kamu dipertemukan dengan kebebasan, namun jangan lupa untuk memantau batasan-batasanmu. Sekali kamu menyatu dengan kedalaman, butuh waktu untuk kembali naik. Tubuhmu butuh penyesuaian. Turunlah perlahan dan naiklah bertahap. Hukum mutlak yang harus dipatuhi jika tak ingin mencederai diri.

Kemampuan masing-masing kita berpelukan dengan kebebasan pun berbeda-beda. Bagi sebagian orang yang berpengalaman, mereka hafal betul tiap lekuk tubuh dan tiap hela nafas dari kebebasan. Bagi pemula seperti saya, arus kebebasan bisa begitu menakutkan, terutama ketika tak mampu dilawan dan terus menyeretmu jauh. Saya lebih nyaman dengan kebebasan yang mampu saya lihat dasarnya. Kebebasan yang berbatas, akh lupakan. Saya memang belum terbiasa dengan kebebasan. 

2015/04/img_7966.jpg
Taken at nusa lembongan, bali

Pada akhirnya pengalaman menyatu dengan laut biru, mampu mengajari banyak hal. Minimal mengenalkan saya tentang arti kebebasan secara lebih menyeluruh. Selain rasa tanpa batas, bebas itu mengandung banyak hal, kecemasan, keberserahan,kepercayaan, dan terakhir keyakinan pada diri. 

Note: Ini hanya catatan seorang saya yang baru bersalaman dengan kebebasan. Mungkin dan hanya mungkin, beberapa bulan ke depan ada tambahan rasa dan pemikiran lain yang bisa saya bagikan. 

Ubud, 2015-4-19
Ivy
*biru yang masih gamang 


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *