“Kaya ya… Jalan mulu!” Salah, justru saya bertualang untuk menjadi kaya. Karena bukan harta yang membuat saya merasa kaya dan lantas jalan-jalan, namun penjelajahan-lah yang membuat saya penuh dan lantas jadi kaya. Siapa yang tidak mau jadi kaya?

Perjalanan pertama yang mencerahkan pemikiran saya terjadi di Lombok. Bersama dengan dua orang travel mate, kami menikmati Lombok dengan perlahan dan menyenangkan. Mengunyah nikmatnya plecing kangkung bersama dengan dongeng tentang Putri Mandalika. Mengalami rasanya snorkeling untuk pertama kalinya di tengah lautan lepas dan menikmati pulau tak berpenghuni di Selatan Lombok. Mendengarkan cerita satir tentang perempuan-perempuan yang dinikahi hanya demi membeli properti. Delapan tahun berlalu sudah, namun kristal-kristal pengalaman itu masih bisa saya ingat dengan jelas dan masih mampu membuat saya hangat dan tersenyum manis. Penuh.
Semenjak perjalanan pertama yang begitu membekas, saya menjadi satu dari banyak pecinta perjalanan. Saya menjadi ketagihan, dari satu perjalanan ke perjalanan selanjutnya. Jika ditilik mengapa saya menyukainya, saya jawab karena ingin jadi kaya. Bagaimana bisa?
Saat mengambil keputusan untuk berpetualang, kita membuka diri untuk kemungkinan-kemungkinan yang ada. Meninggalkan untuk sesaat dunia nyaman yang kita kenal dan bersiap dengan pengalaman baru yang disajikan. Seperti seorang bocah yang siap untuk apa saja. Menjadi akrab dengan keingintahuan, memperhatikan dengan lebih saksama, dan seakan menggunakan kaca pembesar untuk mengamati sekeliling. Menyediakan ruang untuk memunguti hadiah hidup. Menjadi lebih kaya dengan syukur.
Pemandangan indah yang terbentang di depan mata, santapan menggoyang lidah dan kebudayaan unik yang membuatmu berdecak kagum, serta cerita-cerita personal yang mengalir begitu saja: harta inilah yang selalu berhasil membuat saya tergila-gila. Mereka memenuhi kepala, mata dan hati dengan hal-hal luar biasa yang menjadikanmu kaya dengan pengalaman. Membuka bukan hanya mata, tapi juga pikiran dan hati.
Saat sebagian besar orang menginvestasikan uang mereka pada benda-benda, seperti perhiasan, baju, motor, mobil atau rumah, saya yang tidak kaya ini memilih menginvestasikan uang saya pada pengalaman nyata. Mentransformasi diri menjadi manusia yang lebih baik, lebih peka dan lebih berwawasan. Hadiah paling mewah yang bisa kamu berikan untuk diri adalah meng-upgrade diri, dan perjalanan adalah satu dari banyak cara untuk itu.
Satu lagi rahasia terbesar yang sering luput dari pandangan banyak orang, adalah bahwa perjalanan membuat kita kaya dengan teman. Perjalanan selalu punya cara tersendiri untuk mempertemukan raga-raga yang sejiwa. Orang asing yang tadinya tak pernah saya kenal bisa berubah menjadi seorang karib. Dengan internet ultra cepat, perbincangan lintas negara tak lagi menjadi masalah. Di dunia ini, tak ada yang lebih beharga dibanding menemukan seorang sahabat di tengah kota yang asing.
Maka, jika saya terus bertualang, itu bukan karena saya kaya, namun karena saya ingin menjadi kaya dengan bertualang. Saya ingin mengumpulkan lebih banyak lagi cerita, lebih banyak lagi pengalaman dan lebih banyak lagi teman di luar sana. []

Dago 485, 2016-11-19
Leave a Reply