Sekarang saya mengerti mengapa orang sering menggunakan kata jalan di depan hidup. Karena ternyata jalan dan hidup itu begitu mirip, setidaknya bagi saya.
Ketika kita ingin berpindah dari satu tempat menuju tempat lain, kita secara langsung diberi kesempatan untuk memilih. Memilih jalan mana yang hendak kita pilih, memilih rute mana yang akan kita tempuh. Bagaimana cara kita menuju ke sana, seberapa cepat kita sampai, dengan apa kita ke sana, semua diserahkan pada pilihan kita.
Ada yang lebih senang sedikit memutar demi melihat-lihat sekeliling, ada juga yang ingin jalan tercepat. Ada yang kurang beruntung dan tersesat, ada yang begitu beruntung sehingga bisa langsung menemukan tempat yang dituju. Ada yang terkena macet, ditilang atau bahkan kecelakaan. Ada yang perjalanannya mulus dan lurus-lurus saja. Itu semua terngantung pilihan dan pastinya tak lepas dari waktu yang kan menentukan peruntungan.
Kadang kita butuh memutar jalan untuk mencapai tujuan. Kadang kita tersesat dan kehilangan arah, butuh kompas dan petunjuk-petunjuk yang ada. Kadang kita kurang beruntung, sehingga terus menerus terkena lampu merah dan menghabiskan banyak waktu terbuang. Kadang jalan yang kita lewati berlubang parah, sehingga kita harus memelan. Kadang ada saja hal-hal remeh temeh yang membuat kita terhenti, seperti ban yang bocor atau parade dan kemacetan.
Kadang kita beruntung, karena bisa melewati semua dengan lampu hijau. Kadang perasaan kita berkata tepat, sehingga kita memilih jalan yang benar dan terhindar dari kemacetan. Kadang kita punya kesempatan untuk menggunakan jalan tol yang mulus dan bebas dari hambatan. Kadang kita hanya cukup beruntung dengan rute yang kita pilih, menemukan jalan pintas yang membuat kita tiba lebih dini.
Bukankah hidup juga seperti itu teman?
Di bagian mana kamu saat ini? Hanya doa tulus kita semua sampai pada tujuan masing-masing, amien.
Bandung, 2009-10-19 (11.15 pm)
Ivy
*terinspirasi saat berkendaraan berkeliling Bandung..
Leave a Reply