[History] MenangKabau

Minangkabau Traditional house, padang
Minangkabau Traditional house, padang
Tersebutlah pada zaman dahulu kala, kerajaan Majapahit yang berasal dari Jawa datang ke sumatera untuk merebut tampuk kekuasaan kerajaan Pagaruyung. Untuk menghindari pertempuran yang sengit dan akan menyengsarakan rakyat muncul sebuah ide untuk menganti peperangan dengan adu kerbau. Jika kerbau dari Jawa menang maka Kerajaan Pagaruyung akan takluk pada Majapahit, namun jika sebaliknya maka pasukan Majapahit akan kembali ke Jawa.

Untuk memenangkan pertandingan ini, pihak kerjaan Majapahit mencari kerbau terbesar dan tertangguh. Di sisi lain, kerjaan Pagaruyung memilih seekor kerbau kecil yang masih menyusu. Anak kerbau ini tak diberi susu barang setetespun selama beberapa hari hingga hari pertandingan berlangsung.

Pada hari yang ditunggu-tunggu, masyarakat Jawa dengan bangga mengusung kerbau berbadan kekar. Masyarakat Pagaruyung mengeluarkan anak kerbau kelaparan. Dari ukuran badan tentu ini bukan pertandingan seimbang. Jelas kerbau Jawa yang berbadan besar akan memenangkan pertandingan dengan mudah. Namun tak diayal anak kerbau lapar ini segera menyeruduk kerbau Jawa dengan maksud ingin menyusu. Satu hal yang luput dari pandangan masyarkat Jawa, ada tanduk dari besi runcing terpasang di kepala anak kerbau. Dengan satu sundulan kencang, perut kerbau jawa robek. Maka bersoraklah semua masyarakat Pagaruyung dengan girang “ Manag Kabau” !

Istilah inilah yang akhirnya diadaptasi menjadi Minangkabau. Hal ini juga yang menyebabkan atap rumah masyarakat Minangkabau berbentuk tanduk kerbau, bagonjong. Ini dianggap sebagai penghormatan sekaligus pengingat akan kemenangan di masa lampau.

Padang, 2015-11-09

ivy


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *