Pernah merasa sebentuk ruang kosong yang ntah dari mana namun tiba-tiba ada di sana. Tanpa kamu sadari mulai memakanmu perlahan, menarikmu ke tepian dan memasung kakimu?
Rasa ini muncul tiba-tiba menyeruak dari balik kelambu ketidaksadaranmu dan menjadi nyata. Awalnya hanya muncul sesekali saat kamu duduk termenung dengan dirimu. Perlahan setapak demi setapak intensitasnya menjadi meningkat. Di puncak semua kegilaan kamu mulai merasa hampa walau ada dalam satu ruangan penuh, terisolasi.
Merasa seperti alien dengan tubuh yang semakin mengering dan berjalan lunglai. Kehilangan sari hidup dan kebahagian akh.. tujuan hidup. Frasa yang terlalu berat. Kamu merasa seperti tikus kecil yang terus berlari di dalam lingkaran mainan yang tak membawamu ke manapun, stuck.
Jika jawaban dari sekian banyak pernyataan di atas adalah iya, mungkin dan mungkin kamu sedang meletakan “kebahagian”-mu di suatu tempat, pada seorang special, pada benda kesayangan pada apapun selain dirimu sendiri.
Ambil beberapa hari tenang untuk bercengkrama dan mendengarkan bisikanmu. Bahagiamu tak seharusnya diletakan pada sembarang tempat karena sekali kamu merelakannya tak pernah ada jaminan “ia” akan tetap utuh. Masalah lainnya, kamu menjadi rentan dan mudah terluka.
Semua orang berharap untuk bahagia, namun bahagia bukan berasal dari luar dirimu. Bahagia itu ada di sini, di detak perlahan yang membuatmu bernafas, di denyut nadi yang mengalir, di kedutan otak yang berpikir untukmu dan bagimu.
Harapan untuk dibahagiakan tak pernah salah, hanya perlu diingat harapan tak selalu sesuai dengan keinginanmu. Maka berharaplah pada dirimu yang harusnya menjadi orang terpercaya yang tak akan mengecewakan dan menjungkir balikan duniamu.
Tawau, 2013-12-1
Ivy
*biru mencoba belajar menjadi bahagia
Note: tulisan ini sebenarnya penegas utk tlsan berbau senaa sebelumnya “take care u, first!”
Leave a Reply