“Traveller” rasanya jabatan ini sudah melekat cukup kuat sebagai imaji saya. Sebagian besar orang-orang tau persis betapa sukanya saya bertualang dan betapa jalan dan perjalanan seperti pilihan yang akan selalu saya pilih.
“Kalau jalan-jalan, tanya Lia aja…”
“Lain kali kalau jalan, gua ikut dong!”
“Eh jalan-jalan mulu deh!”
Ada berbagai banyak kalimat yang mengambarkan tentang betapa melekatnya peran pejalan di pundak saya. Tapi sedikit yang tau bahwa untuk bertahun-tahun, saya juga asisten dari baker profesional. Peran yang saya jalankan dalam diam ini hanya diketahui oleh segelintir kecil orang. Saya simpan rapat-rapat dan tak pernah saya beritakan kepada dunia, hingga sebuah tragedi di tahun lalu mengubah semuanya.
Guru, koki profesional yang selama ini saya bantu tak lagi ada bersama kami. Peran sebagai baker dengan tiba-tiba diestafetkan kepada saya. Limbung, takut, panik dan segala hal lainnya baur menjadi satu. Di antara semua ketakutan tersebut, saya memberanikan diri untuk menerima kesempatan ini. Mencoba mengambil langkah besar untuk menapaki jalan yang telah dijalani ibu, tukang kue.
Seminggu lalu berkutak kembali dengan tepung, mentega dan telur saya belajar banyak hal. Ada sekumpulan skil yang selama ini tak pernah saya sadari namun ada pada saya dan ada hal-hal detil lain yang walau sudah bertahun-tahun saya lakukan tak juga saya sadari dan perhatikan dengan teliti. Hal-hal kecil penting yang kini tak lagi dapat saya tanyakan pada guru saya, ibu.
Hingga kalimat tersebut meluncur, “the more i bake, the more i praise her…” Perjalanan kali ini sungguh membuat saya belajar untuk menapaki sepatu ibu. Mengakui betapa dengan segala peralatan yang seadanya, beliau mampu menghasilkan hasil yang maksimal. Betapa dengan umur yang tak lagi muda, beliau masih mampu melakukan banyak hal sendiri. Betapa teliti dan telatennya beliau dalam menyiapkan segala hal dan betapa hal ini justru meninggalkan banyak ruang kosong dan tanya yang butuh saya cari sendiri.
Di antara segala keringat dan segala usaha yang dikerahkan, saya masih menemukan bahwa saya belum mampu menghasilkan sesuatu yang setidaknya sama dengan yang beliau hasilkan. Kesimpulan ini mematahkan hati.
Ma, sorry if i ruin your legacy. I try my best, but seems it’s not good enough to cover it. Baking gonna be my non stop journey to understand you. I do hope universe give me a second chance.
Oh, i missed you, a lot! a lot…
*
Padang, 2021-02-14
ivy
Leave a Reply