Sebagai makluk api, hal yang paling sulit buat saya adalah bersabar. Layaknya sifat api yang melahap apa saja, respon saya terhadap banyak peristiwa biasanya instan. Ini menjadi hal yang baik untuk kreativitas namun tidak dalam menghadapi berbagai drama hidup yang biasanya bukan sesederhana memilih es krim coklat atau vanila.
Bersabar di kondisi semacam itu, NAH ini yang butuh kesadaran dan usaha besar buat saya. Menahan diri ketika merasakan urgensi untuk bertindak bersama dengan jalaran emosi. Menerima semua ketidaknyamanan yang ada bersama dengan emosi yang dirasakan dan memberinya waktu untuk kemudian diproses dengan lebih perlahan. Duh.. sungguh butuh latihan lagi dan lagi.
Analogi sederhananya, emosi ini semacam api besar yang pastinya akan membakar segala makanan yang dimasak di atasnya. Kalaupun berhasil diangkat dengan cepat, kemungkinan besar ada bagian yang belum matang di dalamnya. Apinya tak perlu dipadamkan, hanya perlu dijaga dan disadari. Sekedar mengingatkan, dengan api sedang bahkan daging yang alot sekalipun bisa menjadi lembut bersama waktu.
Maka benarlah adanya waktu memang mampu menyembuhkan apapun. Setidaknya memberimu jarak untuk melihat dengan lebih jelas atas apa yang terjadi. Membuatmu lebih sadar dan mengerti, karena hidup tak akan berhenti melemparkan segala ketidaknyamanan padamu. Secepatnya bisa menerima bahwa segala rencana dan keinginan tak semuanya dapat terwujud adalah cara teringan untuk melangkah dalam hidup.
Jadikan waktu sebagai teman yang selalu memberimu ruang untuk belajar, bukan sebagai lawan yang harus dikejar apalagi ditaklukan. Berjalan beriringan dengannya, gandeng tangannya.
Hiduplah lebih lama di kini, bukan di nanti atau kemarin.
Cirebon, 2023-4-7
ivy
Leave a Reply