“Do you know why i travel?” tanya saya pada @armalik di akhir sesi workshop duta cerita Malang bulan Juli silam. Dia tersenyum dan bertanya “for what?” Dengan yakin saya jawab, “stories , i travel for stories ..” Lalu kami terbahak dan berpelukan, hangat.
Hari minggu, 17 September 2017 kemarin. Di Acara Cerita Jawa Barat, ada berbagai cerita menarik yang meluncur keluar. Ada cerita tentang asrama, ada cerita tentang pesantren, ada cerita tentang menjadi calon ketua osis, ada cerita tersesat di hutan papua, ada cerita tentang menjadi minoritas di luar negeri, ada cerita tentang mengejar mimpi, ada cerita tentang bergerak secara nyata, ada cerita tentang pendidikan. Ada cerita tentang keluar dari stigma-stigma yang mengkotak-kotakan.
Latar belakang ke 14 peserta juga beragam, ada yang dari Sumatera, ada yang dari Kalimantan, ada yang dari Cirebon, ada yang dari Bandung. Ada yang muslim, ada yang kristen dan ada yang katholik. Ada yang lowes, ada yang tak bisa berhenti bicara. Ada yang tegar, ada yang tenang, ada yang baper, ada yang suka main-main. Ada yang suka jengkol, ada yang senang durian.
Diantara semua perbedaan cerita tersebut, kami punya satu persamaan penting yaitu kami orang Indonesia yang ingin negeri ini tetap satu.
“Terima kasih” bisik salah satu peserta di akhir workshop CERITA satu hari yang saya dan Raka Pramudito fasilitasi itu. Teman, bukan cuma kamu yang berterima kasih pun kami untuk cerita-ceritamu.
Ambil bagian dalam program duta cerita @habibiecenter ini membuat saya semakin teryakinkan dengan kekuatan cerita. Ya, saya percaya cerita adalah senjata tajam yang mampu untuk menebas segala perbedaan. Cerita adalah senjata yang cukup handal untuk mencacah sekat-sekat yang ada dan membuat kita berkata “ah.. ternyata kita sama. Kita Indonesia”
Cerita itu berharga
cerita itu senjata
cerita itu harta
Terima kasih sudah berbagi harta.
Salam bahagia dan haru dari arkeolog pemula,
Natalia Oetama
Note: kepada patner in crime Raka Pramudito, terima kasih banyak untuk kerja solidnya. Saya mulai ketagihan CERITA, mari kita garap lahan lain!
All pic taken: Ruri Fitriyanti
Leave a Reply