Berasimilasi

“Will u gonna get married?” tanya seorang remaja perempuan di Johor Baru di minggu-minggu awal 2020.

Pertanyaan yang diajukan di tengah hujan, di kolam renang rumah salah satu teman baru itu cukup tiba-tiba dan membuat saya menjawab impulsif. “Yes. If I found a perfect guy.” jawab saya ketika itu.

.

Jawaban yang dengan segera dipatahkan bersama, “but, no body perfect..” ucap kami berbarengan lalu terpingkal-pingkal. Dia yang berbeda 10 tahun dari saya, saat itu sedang bingung memilah antara 2 laki-laki potensial yang akan dijadikan pacar. Jawaban yang sekaligus menampar saya, telak. Seperti kembali dicubit dan diingatkan.

.

“Yes, perfect according to me..” lanjut saya. Pertanyaan yang sambung menyambung yang kemudian sejujurnya membantu saya lebih mengerti dan paham tentang apa yang saya mau dari sebuah hubungan. Pasangan semacam apa yang saya harapkan dan butuhkan?

.

“So, it’s not a problem for you if you just meet your lover once a month?” tanyanya lebih untuk memahami ketimbang untuk memojokkan. “I am..” ucap saya. Dari mukanya saya lihat dia sedikit terkejut sembari berucap, “interesting..” Kalau boleh jujur, saya pun terkejut dengan ke mana pertanyaan-pertanyaan jujur itu membawa saya.

.

Selama ini saya tau, saya paling tak suka dengan kekangan, tapi saya tak pernah sadar bahwa buat saya kepercayaan dan kebebasan adalah hal penting. Komitmen di kepala saya adalah kesepakatan untuk meluangkan waktu bersama secara konsisten. Tak harus setiap hari atau setiap minggu. Tak mengapa jika hanya sebulan sekali, tapi ada kepercayaan dan kebebasan yang kuat di sana. Tak mengikat tapi mengakar. Bak pohon yang berjenis sama, akan berbuah di musim yang sama.

.

Hey girl, thanks for asking. I believe it’s much more easier to find something, if you know exactly what u want.

Padang, 2020-1-21

Ivy


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *