Dear soul sister,

Luka memang mampu merubah banyak hal, terutama jejak yang disisakan..

Jujur, aku sedikit terkejut dengan perkembangan hatimu belakangan ini. Agak sulit kumengerti dan berubah jauh dari yang pernah kupahami. Aku masih ingat, kali pertama melihat kamu yang mandiri dan tegar begitu rapuh. Seorang pria tak bertanggung jawab mematahkan hatimu hingga remuk. Kamu menangis sejadi-jadinya, tak berkata barang sekata hanya terus menangis tersedu-sedu. Saat itu aku hanya bisa memelukmu erat dan menawarkan bahu.

Untuk patahan-patahan lainnya, semesta tak merestuiku untuk menemanimu. Kisah yang aku pikir akan jadi cerita terakhirmu berakhir di luar perkiraan. Ketika akhirnya aku punya kesempatan untuk mendengar langsung berita itu dari mulutmu sebulan kemudian, tak ada lagi kesedihan di suaramu, hanya tersisa sedikit getir di matamu.

Dunia tetap berputar, dan hidup harus terus berjalan. Kamu belajar lagi untuk merajut kembali kisah-kisah baru secepat yang kamu mampu. Namun anehnya secepat kamu merajut, secepat itu pula semuanya kembali terurai. Kamu depresi dan mulai merasa diri gila. Sahabat, kamu tidak gila hanya ada luka yang belum terobati jauh di relung terdalammu.

Luka yang kamu beri nama “kesalahan terbesarku”. Luka yang selalu kamu sangkal keberadaannya. Luka yang dengannya belum mampu kamu berdamai. Luka-luka ini merubah hatimu jadi kaku dan kelu.

Sahabat berhenti berlari dengan hati yang masih luka! Duduk diam dan berikan hatimu jeda. Dengarkan semua bisikannya, coba sentuh dan rasakan setiap lekuk luka dan bekas yang tersisa di hatimu. Akui lalu obati. Tangisan selalu cara terbaik untuk membasuh bersih luka-luka itu. Aku akan selalu menyediakan coklat dan pelukan untukmu. Janji! ^^

taken at Soekarno-hatta airport

Warm regards,

Lia

*big hug

Note: Tak sabar menanti tanggal 24 untuk melanjutkan ritual curhat tengah malam hingga pagi yang selalu kita lakukan. Love u. muachh…