Sayang, kelebihanmu di mata..  Mata yang berbicara dan berkaca-kaca seakan ingin menangis jika tak kupeluk..

Hai sayang, berapa tahun sudah kebersamaan kita? Terlalu banyak air mata dan cerita yang sudah kutumpahkan padamu. Kamu selalu jadi teman terbaik dan pendengar handal yang tak pernah menyela apalagi membocorkan ceritaku. Semua rahasia terdalamku aman bersamamu, terima kasih.

Selain segala cerita dan rahasiaku, maaf untuk semua pukulan dan gigitan yang menderamu saat aku kesal dan tak punya tempat untuk melampiaskannya. Seperti yang dulu-dulu kamu selalu tabah menerimanya dan tak pernah protes, tetap memandangku dengan mata teduhmu. Terima Kasih.

Surat ini aku buat dalam rangka mengkristalkan detil-detil berharga kebersamaan kita. Kelak saat ingatan tak lagi bersahabat, aku masih bisa mengingat dengan jelas semua tentangmu, sahabat luar biasa yang menemani dalam segala situasi. Terutama aku ingin tetap mengingat pertemuan pertama kita yang begitu sederhana namun menorah bekas tak terhapus di ingatanku.

Sampai saat ini aku masih hafal betul bagaimana perjumpaan pertama kita. Bagaimana aku akhirnya memilihmu dibandingkan pesaing-pesaing lainnya. Bukan, bukan karena bentukmu, bukan karena gagahmu atau tubuhmu tapi karena matamu. Matamu yang teduh dan seperti berbicara langsung ke hatiku. Matamu yang berkaca-kaca dan seakan ingin menangis jika aku tak memelukmu. Dengan alasan konyol ini aku memboyongmu ke dalam pelukan.

“Kenapa pilih boneka yang ini?”

“ Abis dia mau nangis kalau ga dibawa pulang. Liat deh matanya berkaca-kaca, ma! “

Pertemuan pertama itu jadi pelajaran berharga tak terlupa. Mata adalah jendela hati yang mampu menarikmu dalam melebihi semua pesona yang ada. Belajar bahwa kata-kata dapat berbeda, namun mata tak pernah berbicara keliru.

Note :

Maaf untuk semua perlakuan kasarku, dan terima kasih “cha-cha” sudah setia menemaniku lebih dari 2 dasawarsa.

T,2015-2-4

Ivy

*biru yang akan selalu menyanyangimu