Berpasrah pada Semesta

Tahun ini adalah tahun penerimaan, tahun perubahan dan tahun kembali ke diri. Banyak keputusan besar yang akhirnya menemukan muara, banyak pertanda-pertanda yang muncul dan menunjukkan rupa, banyak ketaksengajaan yang menuntun pada arah yang sama, mimpi lama yang pernah tercecer.

Sebuah pemahaman basi yang akhirnya belajar diimani, bahwa mimpi hanya akan menjadi mimpi tanpa pernah digapai, bahwa waktu tak akan pernah tepat, mimpi tak akan mewujud, jika hanya diramu dari kata tanpa digodok dengan cukup usaha, bahwa alasan akan selalu ada. Sedangkan hidup adalah kumpulan ketakpastian yang akan menuntunmu pada kepastian mutlak bahwa kita akan mati.

Saya tak ingin mati dengan kekecewaan pada diri. Saya ingin saat mati di nisan tertulis yang pernah hidup dan menghidupi hidup. Untuk itu saya ingin memungut kembali mimpi lama yang sering kali membuat saya terjaga di tengah malam. Ya, meski itu berarti berbalik arah dan melakukan pengorbanan yang tak sedikit.

Saya tau langkah mundur akan diwarnai pandangan aneh dan seakan saya manusia yang tak tau berterima kasih oleh banyak orang. Melepaskan sesuatu yang “kokoh” untuk kembali terombang ambing dalam ketakpastian hidup. Apa namanya jika bukan bodoh? Tak apa, saya rasa tak butuh ada penjelasan dan tak butuh dimengerti lebih jauh.

Saya hanya ingin melambat, memelankan langkah diri dan memungut kembali mimpi. Belajar untuk lebih berpasrah pada semesta, mempertajam suara hati dan mengasah kepekaan batin untuk setiap kesempatan yang dibukakan.

Kundasang, 2015-3-13
Ivy
*biru yang berpasrah pada semesta

Note: terima kasih pada semesta yang mendukung terealisasinya rencana saya resign jadi TKW. Semoga semesta membukakan pintu-pintu lainnya.amin
Hai Bandung tunggu aku, segera! 🙂

image

Taken at kundasang, sabah

Posted from Negeri Biru


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *