Seorang anak memaki maki ketika titik titik air membasahinya.
“Sial… hujan lagi!! Apa sih maunya hujan?? Ga bosan apa buat tanah basah?? grr….” gerutu anak itu.
“Sebenarnya bukan cuma anak itu yang memaki -maki ketika aku datang menghampiri mereka…” curhat hujan dengan sedihnya. ” Masih ada ratusan, puluhan bahkan jutaan orang di luar sana yang melakukan hal serupa malah dengan umpatan yang jauh lebih kejam dan menusuk hati! ”
Terkadang hujan ingin marah, berteriak dan memaki kembali!
“Pernahkah kau rasakan indahnya matahari tanpa aku?” bisiknya dalam emosi.
Jika sampai di titik lelahnya, sempat terpikir oleh hujan untuk pindah saja ke mars agar tak perlu selalu dibandingkan dengan matahari. Tapi hujan terlalu sayang meninggalkan sahabat-sahabatnya di bumi. Yaaa memang tak banyak yang merindukannya, tapi jumlah itu cukup sekedar membuatnya tetap bertahan di susana galau hatinya.
Ketika salah seorang sahabatnya menemani hujan di gerimis sore itu
” Menunurutmu apa yang dapat kamu pelajari dariku? hujan memecah keheningan
“hmm….ka….”
“tunggu… aku tak ingin jawaban ilmiah! “ protes hujan sebelum bocah tersebut menjawab.
“hmmmmmmmm… pertanyaan sulit! ” terawang bocah itu dalam lamunannya. Bocah itu menatap hujan lalu kembali terdiam beberapa saat.
Di antara nada alam yang diciptakan oleh air yang jatuh ke dunia itu, hujan sempat ragu telah melontarkan hal tersebut. Namun beberapa saat kemudian, dengan mata yang berbinar bocah itu berkata
“Bagiku, kamu adalah pralambang dari cuaca hatiku yang tak menentu! Kamu seperti air mataku yang tak dapa aku teteskan,sehingga bertemu denganmu selalu membuatku lega!”
Lalu bocah itu turun ke beranda rumahnya yang tak terlindungi oleh atap dan menari-nari kegirangan “Kamu seperti teman dalam tangisku! Manis dan perih yang bercampur menjadi satu! ”
hujan tersenyum manis mendengar jawaban sahabatnya. ” Yaaa.. karena aku selalu membantu menyamarkan tangisanmu, tangisan dia, dia dan mereka.”
Setelah jeda hening sesaat, hujan berkata “Tapi taukah kamu sebenarnya aku ingin mengajarkan satu kata pada dunia ‘penerimaan’ “ suara hujan menjadi begitu bijaksana.
“Airku tak dapat ditolak sehebat dan sekuat apapun kamu memakiku, menghinaku atau membenciku. Ingat itu sobat! ” tegas hujan dengan suara keras. Bocah tersebut belum pernah melihat hujan dalam keadaan begitu beremosi sebelumnya. Bocah itu sedikit mengigil dalam gerimis yang seketika berubah menjadi lebat.
Lalu hujan menambahkan “Aku juga sebagai pengingat, bahwa ada hal-hal tertentu dalam hidup yang tak bisa kamu atur sehebat apapun dirimu. Mengajarkanmu untuk bersahabat dengan semua kondisi! menjadi pembanding, itu tugasku”
“Tapi tak perlu takut sobat! Menerima bukan berarti berpasrah dan tak melakukan apapun. Siapkan jubah dan payungmu! Seperti hatimu,juga kadang butuh untuk dipayungi dari kondisi hujan.” ungkap hujan dengan senyum nakal pada bocah tersebut.
“Kamu selalu tau isi hatiku!! aku si bocah dengan senyum manis. Lalu dalam haru dan bangga dia berkata ” Tapi sungguh baru sekarang kuselami maknamu sobat! Sekarang aku akan punya pandangan lain setiap kali mengingatmu!” Terima kasih telah berbagi denganku..” ucap bocah tersebut masih dibalut haru dan biru.
Hidup tak bisa diatur, datang dan pergi tanpa bisa diduga persis seperti hujan!
gambar dipinjam dari
bandung,2009-11-22 ( 01.19 am )
ivy
*biru coba memahami makna di balik hujan
Leave a Reply