Bau dupa menyeruak begitu memasuki ruangan. Lemari dengan banyak ruang bersusun di pinggir menutupi semua dinding. Di sebelah kiri sebuah tempat pembakaran bercat kuning mulai menghitam karena asap. Jadi saksi bisu cerita yang berlalu lalang di rumah abu abadi.
•
Langit biru cerah dan matahari sedang tersenyum penuh-penuh. Saya dan keluarga memilih hari ini untuk mengirimkan doa kepada ayah. Tentunya perayaan ini lengkap dengan tradisi-tradisi yang tak pernah saya mengerti tapi haru saya amini. •
“Bapakmu kan suka makan siobak!” ucap ibu ketika memaksa untuk menunggu salah satu makanan khas Chinese ini sebelum memulai sembahyang. Dalam hati saya membatin, bukankah hanya kita yang akan makan. Toh yang pergi tak akan kembali. Tapi urung saya ucapkan, takut menyakiti hatinya. Saya aminkan saja. •
Udang petai, siobak, mie dan beberapa penganan favorit ayah terhidang lengkap di meja. Hanya hadirnya yang tak lagi mungkin ada di sini. •
Perayaan ini, saya namai perayaan rindu. Bersama tiap kertas yang terbakar saya titipkan rindu yang tak lagi tau ke mana harus saya muarakan. Menyicilnya setiap tahun sebagai ritual untuk merawat kenangan.
Terkirim pesan: Kami rindu
#30haribercerita #30haribercerita2017 #30hbc1721 #rindu #fotocerita
Leave a Reply