Lima belas tahun silam, saya datang ke Bandung dengan mimpi. Bandung yang waktu itu berudara sesejuk Bulan Febuari dengan air sedingin es namun tangan-tangan yang memeluk hangat. Bandung yang membuat lidah Sumatera saya belajar mengeja kata ciumbuleit dengan akronim cium bule dapat duit. Bandung yang lebih lega dari kampung halaman namun masih cukup dekat dan tak membuatmu tersesat. Bandung yang akhirnya saya yakini bergender perempuan dan sebut nona manis. Sahabat yang selalu ada.
Kenapa Bandung? Saya ingat pernah menjawab karena di sini saya bertumbuh. Di sini saya keluar dari kelambu-kelambu nyaman rumah dan segala perlindungan (yang kadang berlebihan) dan bantuan yang seakan tersedia 24 jam. Saya belajar banyak tentang diri, saya bertemu dengan banyak kesempatan dan teman-teman terbaik, saya sebut berproses.
“Gua ga kebayang elo bisa kayak gini loh!” ucap seorang sahabat terbaik yang sudah berteman nyaris dua dekade dengan saya. Kalau boleh jujur, pun saya masih sering tertawa-tawa geli membayangkan betapa manjanya Natalia yang masuk ke BR2 di kamar 108. Betapa penakutnya saya dengan dunia, betapa penuh dramanya kacamata yang saya kenakan waktu itu.
Lima belas tahun berselang, saya masih di sini. Mengapa? Kini saya tau jawaban paling tepat yang membuat saya tak bisa berpindah hati dari Bandung. Nona memberi saya ruang, memberi saya tempat untuk meluruhkan segala kulit-kulit mati saya dan memberi saya waktu untuk menumbuhkan kulit baru. Nona memberi saya tempat untuk menjadi dan menari.
“Saya percaya tiap kita butuh ruang untuk terbang.” ~blueismycolour
“Kita itu sering lupa merawat ruang…” ucap Theoresia Rumthe rabu sore kemarin di tengah-tengah obrolan kami. Saya tertampar. Ya, kita kerap lupa merawat ruang-ruang kita, entah ruang pribadi, ruang berproses, ruang diskusi, ruang temu, ruang publik ataupun ruang-ruang imaji.
“Manusia mudah lupa dan terlena..” kesimpulan saya setelah merenung-renung kembali. Setahun terakhir, rutinitas perjalanan saya semacam punya pintu semi doraemon. Saya berpindah lebih dari 3 kota dalam sebulan bahkan kadang 7-8 kota. Semacam dikejar-kejar hantu, pantat saya begitu sulit untuk duduk berlama-lama dengan nona. Maaf.
Beberapa hari ini saya sadar, merawat artinya berkomitmen untuk ada dan menjaga. Nona, sudah cukup lama saya telantarkan. Bulan ini saya ingin duduk diam dan berkencan kembali dengan nona. Menjaga dan merawat ruang-ruang manis yang telah membuat saya belajar terbang.
Hai nona, terima kasih untuk selalu manis dan baik. Terima kasih untuk terus menjadi ruang pulang.
Dago, 2019-8-9
Ivy
Leave a Reply