Lupa Diri

“What is ur biggest fear?” tanya saya kemarin malam ke beberapa teman baik.

Salah satu dari mereka, merespon dengan cepat dan lantang. “Lupa diri” tulisnya dari Hanoi, Vietnam. “arrogance or lost ur memories?” tanya saya lagi. “Both” jawabnya tegas.

Perbincangan tentang ingatan ini kemudian mentriger pemikiran lainnya di kepala saya.

Bukankah kita hadir di dunia ini tanpa ingatan? Sebagai bayi kita muncul membawa kertas kosong. Lalu bisa saja proses lupa ingatan di usia senja adalah bagian dari perjalanan manusia mengutuhkan takdirnya. Lahir dengan kertas putih, pulangpun dengan kertas putih.

Pikun, mungkin merupakan proses ideal untuk mengosongkan kembali kertas kita. Waktu menghapus ingatan perlahan-lahan. Secara acak jejak-jejak cerita yang kita tinggalkan, diputihkan. Kejadian yang dikenang dengan bangga maupun kejadian yang setengah mati tak ingin kita ceritakan kepada orang lain. Satu per satu hingga semuanya kembali kosong.

“Bisa jadi..” ucapnya ketika saya membeberkan pemikiran ini. Entah benar entah tidak, semisal kelak kejadian ini terjadi pada saya, semoga kesadaraan akan proses ini adalah hal terakhir yang saya lupa.

Menua itu mungkin seperti proses kembali menjadi bersih. Kembali bergantung pada orang lain, kembali membutuhkan orang lain untuk membantumu. Melucuti ego yang sudah dibangun sepanjang perjalanan, untuk kembali dalam keadaan kosong.

Turunan, proses melepaskan segala hal yang dulu pernah bisa kita lakukan sendiri. Proses menyadari kita bukan siapa-siapa dan kepada debulah kita kembali.

Kalau kamu, what is ur biggest fear?

Bandung, 2020-10-24

ivy


2 responses to “Lupa Diri”

  1. Noona Avatar

    Kehilangan diri sendiri atau mungkin lebih tepatnya kehilangan cara untuk mengenali diri sendiri

  2. Noona Avatar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *