Batasan & Penerimaan

Peace is not the absence of chaos, but ACCEPTANCE that will be a chaos no matter what. Yes, we make peace by acceptance.

~blueismycolour
Morning light, Jalan Siliwangi Bandung

Kalimat-kalimat di atas tentunya tak lagi asing di telinga. Bahw kita sebaiknya belajar untuk menerima keadaan. Belajar untuk menerima diri kita apa adanya. Menerima ini, menerima itu, menerima menerima dan menerima. Tapi ada satu yang luput dari bahasan bahwa, penerimaan tidak bisa dipisahkan dari batasan.

Loh koq? Maksudnya? Menerima atau membatasi? penerimaan dan batasan sebenarnya adalah 1 koin dengan 2 sisinya. Penerimaan adalah kesadaran atas keterbatasan. Di saat kamu sadar dirimu punya batasan, itulah penerimaan seutuhnya.

Dalam prakter paling dekatnya, penerimaan berbicara tentang keterbatasan diri. Penerimaan adalah belajar untuk membaca dan mengerti sinyal-sinyal permintaan yang diberikan tubuh. Ketika tubuh menjerit dan meminta keheningan. Ketika tubuh membutuhkan asupan nutrisi, gula atau sekedar tidur yang cukup.

Minggu lalu saya diingatkan lagi soal penerimaan ini dari beberapa episode panik yang saya alami. Dari pengalaman tersebut saya menemukan catatan kecil tentang batasan saya. Ternyata jatah meditasi seminggu saya harus setidaknya berupa 1 hari meditasi utuh sebanyak 60-65 menit dan 6 hari sisanya meditasi singkat 15-20 menit. Ini batasan terbawah yang saya butuhkan agar dapat berfungsi dengan baik.

Rupanya belajar soal penerimaan itu terdiri dari potongan-potongan pengertian akan keterbatasan diri sendiri. Semakin lengkap puzzle penerimaanmu, semakin damai dan tenang hidupmu. Semakin sedikit hal-hal yang dapat menganggu dan mengiritasi harimu.

Bandung, 2022-05-20

ivy

*Biru yang masih dalam perjalanan penerimaan.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *