Tentang Sesal

Kamu menyesal? Ya kamu yang semoga saja ada waktu untuk menjenguk coretanku. Jangan bilang cuma aku yang menyesal tak memeluk pundakmu malam itu. Aku terus menerus mengulang adegan malam itu di kepalaku lagi dan lagi. 

Apa jadinya jika aku memberanikan diri memelukmu? Apa jadinya jika aku membuyarkan kekakuan kita di detik terakhir dengan cerita lucu? Apa akan jadi terlalu berlebihan jika aku berbalik dan memaksamu mengantarku? Atau apa jadinya jika aku memintamu menemaniku berjalan kaki ke pasar malam untuk naik komedi putar? Akh khas gaya pacaran era kuno ya? 

Membayangkan semua kemungkinan yang “mungkin” akan terjadi saja membuatku seperti kaset rusak. Iya mengulang berkalikali, berputar namun tetap di tempat meninggalkan sesal dan resah. Duh.. 

Hei atau jangan jangan ini caramu untuk membuatku terus mengingatmu? Akh terkutuklah kamu sayang. Umpanmu sudah kulahap hidup-hidup.


kusimpulkan saja cara terbaik menghantui pikiran seseorang adalah dengan sesal. Sekian 

Tapi bertemu kamu masih sehangat melihat senja di Maesalong sore itu, Thailand

Padang,2015-12-16

Ivy

*biru dalam resah dan sedikit sesal yang tertahan


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *