Jarum dan benang punya hubungan tak terpisahkan. Setua dogeng-dogeng putri tidur, setua itu pula hubungan konspirasi mereka berlangsung. Jarum tak pernah bisa berjalan jauh tanpa benang. Benang pun merasa lebih giat dengan bantuan jarum. Mereka seperti kaki dan tangan yang tak saling dimiliki. Saling membopong dan selalu jadi teman sekamar yang akur.
Jika kebanyakan jarum-jarum yang sering selingkuh dengan semua benang bewarna warni, Rum-rum sungguh setia. Baginya tiada warna lain yang lebih indah dibanding coklat susu muda. Setiap akan dipasangkan dengan benang lain, rum-rum sebisa mungkin menutup matanya rapat-rapat. Sampai suatu kali sang manusia marah dan melemparnya ntah ke mana.
Terlempar dan terbuang di sudut sofa, berkarat dan tak lagi terpakai. Dalam gelap-gelap hidupnya rum-rum selalu percaya takdir akan membantunya untuk kembali bertemu gulungan benang coklat susu yang begitu diidam-idamkan. “Tunggu, jangan habis dulu sebelum aku mengatakan cinta” begitu doanya setiap malam. hingga akhirnya doa itu terjawab dalam bentuk anak kecil yang memungutnya kembali.
Tak terkira bahagianya Rum-rum ketika diangkat dan dibawa kembali ke rumah lamanya. Jantungnya berdegup-degup, menyusun kata untuk bertemu gulungan benang coklat susu idaman. “Apa masih sebernas dulu? Apa rambutnya masih berkilau?”
Tapi lagi-lagi Tuan memang senang bercanda, sang benang coklat susu kini sudah tertancap jarum lain.
Dalam haru dan kemarahan yang tertahan Rum-rum membatin ” Tak apa, mari kita lihat siapa yang lebih setia, beradu nyawapun aku rela. ”
Bandung, 2016-3-3
Ivy
*biru penuh imaji
Leave a Reply