Serendipity itu ada di mana-mana, kita saja yang kurang peka untuk memungutnya ~ blueismycolour
Dua minggu lalu ketika saya sampai di Bandung, saya datang dengan keyakinan penuh tentang “penemuan” dan “kebetulan” .Perjalanan terakhir saya menjadi tabungan rasa dan bekal kepercayaan akan hal itu. Beberapa saat setalah saya mendarat di Jakarta, seorang teman baik entah didorong oleh sebab apa menanyakan kabar dan kapan akan berkunjung ke Bandung. Tepatnya besok saya akan ke Bandung dan sedang mencari tumpangan. “Wah kebetulan!” Luar biasa bukan? Betapa saya menjadi semakin yakin dengan sang kebetulan ini. Semudah itu saya mendapat tumpangan sementara mencari sarang baru di Bandung.
Dalam perjalanan menuju Bandung, saya iseng menanyakan kabar kosan lama saya. Ini jawabannya “Kamar yang dulu Mbak tempati lagi kosong”. Saya terpana ketika membaca jawaban itu, “Wah kebetulan lagi!” Saat itu yang ada di pikiran, “Akh setidaknya saya punya cadangan. ” Saya masih berharap menemukan peruntungan lainnya, mungkin mendapatkan kos yang lebih ke tengah kota, atau dengan fasilitas yang lebih lengkap atau dengan harga yang lebih murah. Maka sesampainya saya di Bandung, dimulailah perjuangan mencari kos. Sehari, dua hari, tiga hari sampai akhirnya lebih dari seminggu saya menyusuri jalanan Bandung, namun kos yang sesuai di hati dan nyaman di dompet tak jua bertemu. Saya mulai bertanya-tanya, ke mana si kebetulan pergi?
Setelah hampir genap dua minggu dan tubuh mulai menuntut istirahat lebih, saya menyerah. Di detik-detik terakhir saya kembali teringat kosan lama, apa masih ada tempat di sana? Kemarin pagi dengan hati harap-harap cemas, saya kirimkan pesan singkat kepada mba Atun. Pesan balasan yang berkata sang kebetulan masih menunggu saya. Kali ini, saya tak lagi menyia-nyiakannya. Saya bersegera dan di hari yang sama dengan sukses jadi anak kos lagi. Oh kebetulan lain nya, saya mendapatkan kasur baru! 🙂
Salah seorang teman mencemooh dengan berkata ” elo aja yang ga bisa move on” , tapi bukan begitu adanya. Dalam kurun waktu 12 hari, saya berjalan sekitar 100 km. Apa itu bukan semangat? Akh ntah.. lepas dari itu, saya mendapat pelajaran penting.
Hei sang kebetulan tak datang dua kali, jangan maruk dan berharap terlalu muluk! Sadar diri dan belajar lebih peka dalam mengamati.
Taken at my fav corner in my room
Dago asri D-12, 2015-06-06
Ivy
*biru yang merasa bodoh dan maruk
Leave a Reply