Dear kekasih hati,
Tepat seminggu yang lalu, di gereja saya melihat sebuah pemandangan yang mau tak mau tinggal berhari-hari di kepala saya bahkan hingga saat ini. Seorang kakek dan nenek yang umurnya saya yakin lebih dari tiga perempat abad duduk berdua dengan tenang persis di belakang saya. Ada jarak di antara mereka, tak ada kata yang keluar dari mulut namun dari gerak-geriknya saya yakin mereka paham dengan keberadaan masing-masing.
Saya memadang mereka dengan berbinar-binar. Kalau saya harus mendefinisikan romantis dalam satu gambaran, maka mereka gambaran utuh yang lengkap untuk menjelaskan hal itu. Ada jalaran hangat, manis dan penuh ketika melihat mereka.
Serta merta saya teringat padamu, apa kita yang sedang ada di fasa tak terjelaskan ini bisa berakhir seperti itu? Seklumit mimpi yang pernah kamu sematkan terlintas di kepala. Apa sanggup kita melewati semua? Tiada mimpi yang lebih seksi dibanding mimpi menua bersama. Akh, biar semesta yang nanti berkata. Saya hanya mampu menitipkan doa.
Saya hanya ingin ucap terima kasih, terima kasih untuk kesabaran dan kepercayaan yang diberikan di tengah badai keragu-raguan saya yang selalu membanjirimu dengan pertanyaan yang itu-itu saja. “kamu yakin?”
Semoga kamu tetap yakin dengan wanita setengah gila yang sepertinya mulai terbiasa dan menikmati kehadiran dan kedalaman tatapmu.
Iya, semoga saya cepat sadar atau sekalian gila bersamamu.
Peluk dan cium hangat,
Kekasihmu yang biru
#thatloveletter
Leave a Reply