Surat Untuk Tante Endang

Berkah dalem Tante,

Pertama-tama saya ingin memperkenalkan diri. Saya Lia, temannya Luki. Saya memang tak pernah diberi kesempatan bertemu langsung dengan tante, tapi dari Luki dan Om Sal, saya mengerti ibu dan istri seperti apa yang ada di keluarga hangat ini. Sosok wanita yang meski setelah 730 hari kepergiannya masih terus menerus dirindukan oleh semua anggota keluarga besar.

Tante suka dengan tarian yang diprakarsa om Sal untuk tante? Tentu membuatmu mengharu biru ya. Rasa-rasanya tak ada manusia yang tak tersentuh mendengarkan kisah manis itu, saya yakin semua akan meneteskan air mata menyusuri larik-larik puisi yang digubah jadi tarian dan tembang saat menghantar kepergianmu. Ada kekuatan tak terlihat yang menyentuh kalbu dan memaksa lakrimalis membuncahkan air mata. Hadiah terhebat, penghargaan tertinggi yang mampu diberikan manusia, karya.

Ada hal-hal yang tak pernah bisa disembuhkan waktu, seperti kehilanganmu bagi keluarga dan akupun kehilangan sosok ayah 172 hari silam. Luka ini juga, yang rasa-rasanya membuatku begitu cepat akrab dengan Luki. Ruang kosong yang masih terngiang-ngiang, wangi samar rumah sakit, kelelahan, keputus asaan yang masih membayang dan penerimaan yang belum mampu utuh. Kenangan kehilangan ini yang lantas membuat kami menjadi seakan terhubung. Hidup ini penuh ironi ya? Tapi aku sepenuhnya yakin cerita personal selalu punya jalan singkat untuk menyentuh hati.

Tante Endang yang cantik, semoga kalian yang di atas sana selalu menjadi pendoa yang baik bagi kami yang masih menghidupi hidup ini.

Senrepita, 2016-3-22

Ivy

NOTE :

Surat ini saya tulis di rumah nyaman tante, tapi sengaja saya simpan sampai hari ini. Tepat 730 hari lalu kepergian tante menuju yang abadi.Semoga selalu mendoakan kami


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *