coincidence

Are you believe in coincidence?

I do.

Saya satu dari banyak orang yang percaya dengan kebetulan. Bertahun-tahun lamanya, kebetulan menyertai jalan-jalan yang saya ambil hingga tahun 2020 kemarin. Saya kehilangan jejaknya, saya bingung membaca arah geraknya. Tak lagi mampu saya pahami jalan mana yang membawa saya kepadanya.

Setelah setahun tak bersua, pagi ini iya memunculkan wujudnya di hadapan saya. Tanda-tanda yang sudah lama tak terbaca kini kembali terlihat. Ada ragu, bimbang dan takut. Apa benar ini sang kebetulan yang selama ini menyertai saya? Tahun lalu, cukup banyak kesalahan membaca kebetulan yang saya lakukan. Kejadian-kejadian yang saya artikan sebagai kebetulan berujung jalan buntu atau bahkan jalan berliku. Ada ketakutan yang menjalarkan rasa dingin ke ujung-ujung jari, tapi tanda yang terbaca sedemikan familiar.

Saya memilih memberinya kesempatan sekali lagi.

Satu yang saya sadari di akhir tahun 2020 kemarin, saya terburu-buru mengganti kacamata saya dan menyambar resep orang lain untuk saya gunakan. Sudah ditebak, tentu saja saya limbung dan salah dalam melihat banyak hal.

Memulai tahun baru ini, saya belajar untuk kembali menggunakan kacamata lama saya. Betul, kacamata inipun tak lagi akurat, tapi tak berarti resep orang lain lebih akurat untuk saya.

Saya akan memberinya waktu, memberinya tempat untuk kembali dikalibrasi. Selayaknya dokter yang mengukur kembali minus atau plus pada matamu. Menambahkan kaca yang satu dan yang lain secara perlahan dan bergantian. Mencernanya pelan-pelan dan kembali menganalisa kaca mana yang paling tepat untukmu. Kalibrasi.

Tahun ini, tentang waktu untuk menyadari, apa yang sesungguhnya cocok untukmu dan apa yang tidak. Mari mencoba, mari bergerak. Air yang diam selalu bertendensi menumbuhkan lumut.

Terima kasih untuk kebetulan yang dikirim pagi ini! Saya jadikan ini sebagai pertanda baik untuk memulai perjalanan ini.

Padang, 2021-1-21

Ivy


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *